Komisaris Facebook Hampir Jual Habis Seluruh Sahamnya

Peter Thiel yang merupakan dewan komisaris Facebook melepas saham secara besar-besaran.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 29 Agu 2019, 18:00 WIB
Facebook (JUSTIN SULLIVAN / AFP)

Liputan6.com, Menlo Park - Miliarder Peter Thiel menjual saham Facebook miliknya secara besar-besaran. Aksi penjualan ini disorot mengingat jabatan Thiel sebagai dewan komisaris (board of director) di Facebook.

Dikutip dari Fortune, Kamis (29/8/2019), Peter Thiel kini hanya memikili 63.550 lembar saham Facebook Kelas A yang dipegang secara independen. Padahal, Thiel memiliki 44,7 juta saham Facebook pada 2012 ketika perusahaan itu baru IPO.

Penjualan saham Facebook yang baru dilakukan Peter Thiel terjadi pada 22 Agustus lalu. Ia melepas sekitar 22 ribu lembar saham dan meraup USD 4 juta atau Rp 57 miliar (USD 1 = Rp 14.254).

Thiel sendiri merupakan salah satu pendukung pertama Mark Zuckerberg di awal mula perjalanan Facebook. Ia memberi Zuckerberg modal sebesar USD 500 ribu pada 2004, dan juga membelikannya mobil.

Posisi Thiel sebagai dewan Facebook sempat goyah karena ia mendukung kepresidenan Donald Trump. Akan tetapi, Zuckerberg menolak memecat Thiel atas dasar memelihara perbedaan sudut pandang.

Di samping sibuk sebagai petinggi Facebook, Thiel juga pendiri dari Founders Fund yang menyediakan modal bagi para inovator potensial. Beberapa perusahaan yang mendapat dana ialah Spotify dan Airbnb yang kini juga sudah sukses.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Pertamina Kalahkan Alibaba dan Facebook di Daftar Top 500 Fortune Global 2019

Petugas mengisi BBM ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mulai dari Rp500 hingga Rp900 per liter mulai 1 Juli 2018. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini mendapatkan perhatian di Dunia. Setelah sebelumnya, empat BUMN masuk dalam daftar perusahaan public terbesar di dunia versi Forbes. Kini, PT Pertamina (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Top 500 Fortune Global 2019. 

Pertamina berhasil naik 78 peringkat dari posisinya tahun lalu yakni 253. Prestasi ini membuktikan bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan bergengsi dan disegani, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno mengatakan keberhasilan Pertamina masuk daftar Top 500 Fortune Global merupakan kerja nyata dari BUMN dalam melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini juga menjadi bukti nyata kinerja BUMN diapresiasi dunia internasional.

“Saya ucapkan selamat untuk Pertamina masuk dalam daftar Top 500 Fortune Global. Ini merupakan hasil kerja keras dalam melayani masyarakat Indonesia dari kebutuhan di sektor energi dan membuktikan Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan terbesar dunia,” ujar Rini, Selasa, 22 Juli 2019.

Dalam Fortune Global 500, Pertamina berhasil menduduki peringkat 175. Bahkan, Pertaminamengalahkan Alibaba Group yang berada di peringkat 182 dan Facebook di posisi 184.

Fortune Global 500, atau dikenal juga dengan Global 500, merupakan daftar tahunan yang memuat 500 perusahaan terbaik di seluruh dunia berdasarkan peringkat yang dirangkum dan diterbitkan oleh majalah Fortune selama 67 tahun berturut-turut. Perusahaan-perusahaan tersebut dinilai berdasarkan pendapatan dan laba bersih perusahaan di tahun fiskal sebelumnya.


Penipu Berkedok Libra Mulai Menjamur di Facebook dan Instagram

Mata uang digital Libra garapan Facebook

Popularitas mata uang digital Libra yang tengah menjadi perbincangan belakangan ini mulai dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Penipu berkedok Libra mulai menjamur di Facebook dan Instagram. Temuan Washington Post menunjukkan sejumlah akun, halaman dan grup mengatasnamakan diri mereka sebagai perwakilan resmi Libra.

Mereka menawarkan iming-iming penjualan Libra dengan potongan harga melalui situs web pihak ketiga yang tidak ada afiliasi sama sekali dengan Facebook sebagai pihak yang akan merilis mata uang ini.

Beberapa di antaranya menggunakan logo Facebook. Sebagian lainnya memasang foto CEO Facebook Mark Zuckerberg.

"Ada ironi mendalam di sini ketika Facebook digunakan sebagai platform yang dapat merusak kepercayaan pada mata uang yang Facebook sedang bangun," kata Eswar Prasad, seorang profesor ekonomi di Cornell University sebagaimana dikutip dari Washington Post, Kamis, 24 Juli 2019.

Satu-satunya cara Libra dapat beroperasi dengan baik sebagai alat tukar, menurut Prasad, adalah "Jika semua orang bisa mempercayainya. Dan itu adalah pertanyaan besar saat ini: apakah orang-orang akan mempercayai Facebook?"

Salah satu halaman web palsu beralamat di BuyLibraCoins.com. Halaman itu dirancang sedemikian rupa dan menyertakan tautan untuk membeli apa yang diklaimnya sebagai token Libra.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya