Liputan6.com, Jakarta - Imbas dari larangan pemerintah Amerika Serikat terhadap sejumlah perusahaan Tiongkok, termasuk Huawei, untuk menjalin hubungan bisnis ternyata mulai dirasakan.
Alasannya, menurut laporan Reuters, smartphone anyar Huawei yakni Mate 30 dan Mate 30 Pro dilaporkan tidak akan memiliki dukungan aplikasi dan layanan Google saat dirilis.
Kendati demikian, smartphone itu dipastikan masih dapat menggunakan Android, sebab sistem operasi itu memang bersifat open source.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dikutip dari The Verge, Kamis (29/8/2019), Google memastikan Mate 30 dan Mate 30 Pro tidak dapat dibenamkan dengan aplikasi dan layanan Google di dalamnya.
Dengan kata lain, smartphone tersebut tidak akan memiliki aplikasi bawaan Google yang selama ini ada di Android, seperti Gmail, YouTube, termasuk Google Play Store.
Padahal aplikasi tersebut, terutama Google Play Store merupakan bagian krusial di ekosistem Android. Sebab, Play Store merupakan sarana pengguna Android untuk mengakses beragam aplikasi.
Hingga sekarang, Huawei sendiri belum angkat bicara mengenai laporan ini. Namun, perusahaan asal Tiongkok itu diketahui sudah memiliki alternatif Google Play Store yang diberi nama App Gallery.
Huawei Mate 30 Pro Punya 4 Kamera Belakang
Bocoran soal smartphone terbaru Huawei, Mate 30 Pro, kembali beredar di ranah internet. Informasi baru ini berupa gambar yang diduga sebagai Mate 30 Pro.
Dilansir Phone Arena, Selasa (27/8/2019), Huawei Mate 30 Pro tampak memiliki empat kamera belakang. Empat kamera itu diletakkan di dalam lingkaran.
Untuk spesifikasinya, kamera belakang Mate 30 Pro memiliki dua resolusi 40MP yang salah satunya berfungsi untuk pengambilan gambar ultra-wide-angle dengan sudut pandang 120°.
Kemudian juga ada kamera telephoto 8MP dengan kemampuan 5x optical zoom dan 10x hybrid zoom. Sementara yang keempat adalah sensor kamera Time of Flight (ToF).
Selain itu, [Huawei]( 4046560 "") Mate 30 Pro dilaporkan memiliki prosesor Kirin 990 dengan modem 5G.
Spesifikasi lainnya termasuk layar AMOLED 6,7 inci, baterai 4.500mAh, RAM 8GB dengan memori internal 128GB, fitur reverse wireless charging, dan pemindai sidik jari di dalam layar.
Smartphone ini disebut akan melenggang dengan OS Android, dan diumumkan pada 19 September 2019.
Advertisement
AS Bisa Bikin Huawei Kehilangan Pendapatan Rp 142 Triliun
Lebih lanjut, masalah pembatasan perdagangan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Huawei belum juga usai. Jika masalah ini terus berlanjut, Huawei memperkirakan bisa kehilangan pendapatan dari bisnis smartphone sebesar USD 10 miliar atau sekira Rp 142 triliun pada tahun ini.
Bisnis Huawei terpukul sejak pertengahan Mei lalu, setelah AS menempatkan perusahaan dalam daftar hitam perdagangan. Kebijakan ini tidak hanya melarang Huawei menjual produknya di AS, tapi juga tidak boleh bekerja sama dengan semua perusahaan, serta menggunakan komponen dan teknologi asal negara tersebut.
Prediksi kerugian Huawei sebesar Rp 142 miliar ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya. CEO Huawei, Ren Zhengfei, pada Juni lalu mengatakan, kebijakan soal daftar hitam tersebut akan menekan pendapatan perusahaan sebesar USD 30 miliar atau sekira Rp 427 triliun.
"Sepertinya (tekanan terhadap pendapatan) akan sedikit kurang dari itu. Namun, Anda harus menunggu sampai kami menyampaikan hasilnya pada Maret," ungkap Deputy Chairman Huawei, Eric Xu, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/8/2019).
Kelompok bisnis konsumen Huawei termasuk smartphone, sedang menyiapkan berbagai hal untuk menghadapi skenario terburuk dari kebijakan AS tersebut.
Hal ini termasuk menyiapkan Harmony sebagai OS cadangan jika tidak lagi diizinkan menggunakan Android. Kendati demikian, Xu mengatakan yang terjadi sejauh ini lebih baik daripada yang dikhawatirkan sebelumnya.
"Namun pengurangan (penjualan) lebih dari USD 10 miliar bisa terjadi," tuturnya.
(Dam/Ysl)