Liputan6.com, Lima - Para arkeolog di Peru mengungkap temuan kerangka sekitar 250 anak yang dikorbankan saat peradaban Chimú pra-Kolombia.
Kerangka itu diperkirakan milik anak-anak berusia 4-12 tahun, serta 40 prajurit. Mereka seluruhnya menjadi korban antara abad ke-13 dan ke-15, menurut sebuah video dari kantor media Peru Andina.
Advertisement
Peradaban Chimú mendiami bagian utara Peru sebelum mereka ditaklukkan oleh Inca. Mereka membangun Chan Chan, kota terbesar di Amerika Selatan pra-Kolombia.
Para arkeolog mengatakan anak-anak itu merupkan tumbal untuk para dewa Chimu dalam upaya untuk mengakhiri bencana alam yang terkait dengan fenomena El Nino.
"Empat pengorbanan massal dilakukan antara 1200-1450, tiga melibatkan anak-anak dan yang terakhir menggunakan hewan, lapor Andina seperti dikutip dari CNN, Kamis (29/8/2019).
Ini adalah temuan ketiga dari jenisnya di Pampa La Cruz, sebuah situs arkeologi di Huanchaco-La Libertad, tujuan wisata di pantai di ibu kota Peru, di Lima utara.
"Ini adalah situs terbesar tempat jenazah anak-anak yang dikorbankan ditemukan," kata kepala arkeolog Feren Castillo kepada kantor berita AFP.
Castillo mengatakan mungkin masih ada lebih banyak yang belum ditemukan."Tidak terkendali, ini kerangka anak-anak. Di mana pun kamu menggali, ada satu lagi," katanya.
Simak video pilihan berikut:
Tewas Saat Cuaca Basah
Para arkeolog menemukan tanda-tanda anak-anak itu terbunuh selama cuaca basah, salah satu dampak El Nino, dan terkubur menghadap ke laut. Beberapa masih memiliki gigi dan rambut, lapor AFP.
Pada Juni 2018, kerangka 56 orang ditemukan di Pampa La Cruz, menurut AFP. Dan pada bulan April tahun itu, sisa-sisa tulang 140 anak dan 200 llama ditemukan di Huanchaquito tak jauh dari lokasi temuan sebelumnya.
"Anak-anak berusia antara 5 hingga 14 dan bayi llama berusia kurang dari 18 bulan," menurut sebuah laporan oleh National Geographic.
"Kerangka anak-anak dan hewan menunjukkan bukti luka pada tulang dada serta dislokasi tulang rusuk," menurut laporan itu.
Seperti Chan Chan, kota batu bata lumpur terbesar di dunia, peradaban Chimú membangun proyek-proyek teknik sipil besar yang mengairi gurun pasir di pesisir Peru.
Sebelum Chan Chan jatuh ke pasukan penyerang yang dipimpin oleh kaisar Inca, Topa Inca Yupanqui pada tahun 1470, mereka menjadi masyarakat elit yang kuat, pengrajin dan petani yang sangat terlatih.
Paparan lebih dari lima ratus tahun air hujan telah mulai mencairkan kota kembali menjadi lumpur, dan para ilmuwan UNESCO percaya erosi akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar karena perubahan iklim membawa cuaca ekstrem yang lebih besar.
Advertisement