Liputan6.com, Jakarta - Menggandeng DreamHUB Coworking Space, Komunitas Sudah Dong mengajak milenial lebih sadar dampak buruk perundungan. Upaya ini dilakukan lewat pemutaran dan diskusi film pendek berjudul Violet Violence.
Film garapan mahasiswa akhir London School Public Relation (LSPR), Syahna Andita, ini menceritakan kisah tragis anak perempuan yang jadi korban cyber bully. Di sana, tergambar jelas dampak perundungan yang dialami bagi pribadi perempuan tersebut.
"Violet aku pilih karena aku suka warna ungu. Setelah baca-baca, ungu di film itu menggembarkan ilusi, ada kesedihan di sana. Penurunan gairah hidup juga aku gambarin lewat kebiasan di karakter pakai baju putih lusuh," jelas Syahna usai screening film karyanya di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 28 Agustus 2019.
Baca Juga
Advertisement
Ide pembuatan ini, sambung Syahna, didapat karena di zaman SMP, dirinya sempat jadi korban perundungan. "SMA aku sudah mulai bisa membaur. Terus pas kuliah, nggak ada budaya perundungan di kampus. Aku sendiri survivor fenomena bully itu sendiri," katanya.
Pemilihan cyber bully sebagai bentuk perundungan dijelaskan Syahna karena isu ini sebenarnya tengah krusial. Ia menjelaskan, tindak perundungan di dunia maya memang tak terlihat secara fisik, tapi dapat mematikan karakter seseorang.
"Apalagi, kalau di media sosial kayak gitu kan orang yang nggak kenal pun bisa ikut mengejek, bisa ikut mem-bully. Efeknya jadi jauh lebih besar," ujarnya.
Film berdurasi 14 menit ini awalnya dikerjakan sebagai karya nonskripsi. Karena menganggap isunya penting, Syahna mengontak pihak Sudah Dong yang kemudian setuju bekerja sama menyuarakan dampak buruk perundungan.
Syahna berharap, keberadaan film pendek karyanya bisa membantu meningkatkan bahaya perundungan, terutama cyber bully. "Pilih kata-kata yang tidak akan menyakiti dan malah bikin orang lain depresi," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jangan Ragu Jadi Upstander
Sebagai perwakilan sekaligus volunteer Sudang Dong, melihat alur tragis yang dialami karakter dalam film tersebut, Fabelyn Baby Walean menuturkan, sudah saatnya lebih banyak orang jadi upstander.
"Minimal banget kita bisa temani korban perundungan. Kasih lihat ke dia kalau masih ada orang yang peduli, masih ada orang yang sayang sama dia," kata Fabelyn.
Marak fenomena perundungan, sambung Fabelyn, jangan sampai membuat orang jadi takut bercanda. Dengan syarat, ejekan atau bercandaan dilontarkan di tempat yang tepat dan dengan batasan selayaknya.
"Jangan sampai menyakiti. Bercanda kan harusnya kedua pihak senang. Bukan satu merasa puas, satunya lagi malah merasa ditindas," tuturnya.
CMO dan Co-founder DreamHUB Coworking Space, Duan Akelyaman, menambahkan, pihaknya berusaha terus mengedukasi member terkaki fenomena perundungan. Di samping, terus menciptakan suasana positif agar tingkat stres berkurang.
"Kami juga terima dengan tangan terbuka kalau ada teman-teman lain yang meu mengadakan movement serupa. Mau bikin acara regular seperti ini, kami siap dukung," kata Duan.
Advertisement