Liputan6.com, Teheran - Keputusan Australia untuk melakukan intervensi militer dengan cara mengirimkan pasukan untuk bergabung dengan Amerika Serikat berpatroli di Selat Hormuz, telah merusak reputasi Australia di Timur Tengah --nilai Iran.
Hal itu dikemukakan Kamal Dehghani Firouzabadi, wakil ketua Komite Hubungan Luar Negeri di parlemen Iran menanggapi rencana PM Australia Scott Morrison mengirim kapal perang dan pesawat pengintai ke sana.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan Australia ini, menurut PM Morrison, dilakukan setelah terjadinya insiden yang melibatkan kapal yang lewat di Selat Hormuz beberapa waktu yang lalu.
Menurut legislator Iran itu, insiden tersebut mengganggu kepentingan nasional Australia.
Namun Dehghani mengatakan, Australia mengambil risiko besar dengan pengiriman pasukan militer ke wilayah tersebut.
"Saya rasa bukan kerusakan fisik yang akan dialami Australia. Kerusakannya pada reputasi dan prestise Australia," katanya kepada ABC Indonesia, Kamis (29/8/2019).
"Mereka yang mengambil bagian dalam koalisi, tentu ikut bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh koalisi tersebut."
Dehghani diwawancarai ABC di Parlemen Iran di Teheran untuk menanggapi pengumuman PM Morrison sebelumnya.
"Sangat mengejutkan mendengar Australia bergabung dengan koalisi itu, karena Amerika Serikat telah berulang kali membuat kesalahan, termasuk menarik diri dari perjanjian nuklir," kata Dehghani.
"Padahal itu merupakan perjanjian multilateral yang dicapai oleh seluruh dunia."
Simak video pilihan berikut:
Tensi di Selat Hormuz
Presiden AS Donald Trump menuding Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap enam tanker di Selat Hormuz dan sekitarnya.
Ini telah membantah tudingan itu, dan menyebut propaganda AS itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kru kapal patroli Iran memindahkan peledak yang tidak meledak dari sebuah tanker.
Kamal Dehghani Firouzabadi, wakil ketua Komite Hubungan Luar Negeri di parlemen Iran mengatakan langkah Australia mengirim kapal perang dan pasukan ke selat itu tidak perlu.
Dia memastikan Iran sudah melindungi kapal-kapal tanker pengangkut minyak di wilayah tersebut.
"Kami sendiri masih belum tahu siapa yang menyerang kapal-kapal itu," kata Dehghani.
"Tetapi siapa pun di balik ketegangan ini, dia telah mendapat manfaat dari semua ini. Mungkin Amerika Serikat, mungkin Israel, atau mungkin negara-negara terbelakang seperti Arab Saudi, UEA atau organisasi teroris yang mendapatkan uang dari mereka," tuturnya.
"Donald Trump juga menyatakan AS mencoba "memerah susu" dari negara-negara Arab. Mereka melakukan ini dengan Islamofobia. Saya sangat kaget mereka "memerah susu" Australia dengan strategi ini."
Advertisement