Tersangka Penembakan El Paso Beli Senjata dan Amunisi di 2 Negara

Hasil penyelidikan polisi menyebut pelaku penembakan El Paso membeli senjata dan amunisi dari dua negara yang berbeda.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Agu 2019, 17:32 WIB
Petugas keamanan dikerahkan pasca insiden penembakan di El Paso yang menewaskan 20 orang (AP/Mark Lambie)

Liputan6.com, El Paso - Menurut laporan investigasi, tersangka pria bersenjata dalam penembakan massal di El Paso awal Agustus lalu, mengatakan kepada polisi bahwa senapan jenis AK yang digunakan dalam serangan itu berasal dari Romania.

Surat kabar Texas Tribune melaporkan pada Rabu 28 Agustus 2019, bahwa Patrick Crusius (21) mengatakan kepada polisi, ia memesan senjata via online, sebelum mengambilnya di sebuah toko terkait di dekat rumahnya di pinggiran kota Dallas.

Outlet media itu mengutip dokumen Departemen Keamanan Publik Texas, yang juga mengatakan tersangka mengaku kepada polisi bahwa ia membeli ribuan amunisi dari Rusia, demikian sebagaimana dikutip dari Time.com pada Kamis (29/8/2019).

Polisi El Paso mengatakan tak lama setelah penembakan yang menewaskan 22 orang itu, terungkap kabar bahwa senapan itu dibeli secara legal.

Polisi belum menyebutkan model spesifik dari senapan yang digunakan dalam penembakan itu. Menurut surat perintah, Crusius mengatakan kepada penyelidik bahwa itu adalah senapan serbu AK-47.

Polisi telah memberikan informasi spesifik tentang amunisi, yang dapat digunakan dalam senapan serbu AK-47.


Dinilai Sebagai Terorisme Domestik

Bendera Amerika Serikat berkibar setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, Minggu (4/8/2019). Presiden Donald Trump memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di semua gedung pemerintah untuk mengenang korban tewas dalam dua penembakan massal di El Paso, Texas, dan Ohio. (AP/Andrew Harnik)

Pihak berwenang AS masih terus menyelidiki tentang penembakan EL Paso pada 3 Agustus, yang menyerang cabang supermarket Walmart yang sibuk. Mereka menilainya sebagai terorisme domestik.

Crusius mengatakan kepada polisi bahwa ia menargetkan orang-orang keturunan Meksiko.

Penyelidik percaya Crusius menerbitkan manifesto online bernada rasis, sesaat sebelum serangan.

Sebagian besar dari mereka yang terbunuh memiliki nama keluarga Hispanik (keturunan Amerika Latin), dan delapan di antaraya adalah warga negara Meksiko.

Tersangka didakwa dengan pembunuhan dan ditahan tanpa ikatan.

Saat ini, Crusius telah dipisahkan dari tahanan lain, menurut kantor sheriff El Paso. Dia memakai pengawas bunuh diri setidaknya dua kali sejak ditangkap.

Sementara itu, masyarakat El Paso memuji Gubernur Texas Gregg Abbot --seorang Republikan-- ketika dia berjanji menambah sumber daya untuk penyelidikan kelompok nasionalis kulit putih, setelah serangan terkait.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya