Menko Darmin Target Program B30 Diterapkan Tahun Ini

Realisasi pelaksanaan program B30 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sudah mencapai 97,5 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Agu 2019, 17:51 WIB
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin menargetkan, program bahan bakar campuran 30 persen biodiesel dengan solar (B30) bisa diterapkan pada tahun ini.

"Mudah-mudahan kita bisa memulai B30 tahun ini. Karena hasil pengecekan yang sudah berlangsung dan akan berakhir pertengahan September, itu hasilnya tidak ada yang signifikan negatif. Sehingga kami memprediksi bisa dilaksnakan," tuturnya pasca rapat dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Dia pun melaporkan, realisasi pelaksanaan program B30 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sudah mencapai 97,5 persen. "Artinya hampir 100 persen sempurna. Walaupun masih ada 2,5 persen," sambungnya.

Mulanya, pemerintah memproyeksikan penerapan B30 bisa dilaksanakan pada 2020 mendatang. Namun, Darmin percaya itu bisa dipercepat lantaran program pengetesannya bisa rampung pada September 2019.

"Iya, awal 2020. Tapi kan kita bisa coba. Bisa di November (2019), karena pengetesan akan selesai September pertengahan," jelas dia.

Pasca pengetesan, ia melanjutkan, proses akan dilanjutkan dengan berbagai diskusi dari hasil studi pengetesan. Kemudian, program B30 disebutnya bisa dilaksanakan paling lambat November 2019.

"Mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya pada bulan Oktober atau paling lambat November. Kalau kita menggunakan B30 itu berarti akan mengurangi penggunaan solar kira-kira 3 juta kiloliter," tukas Darmin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Uji Coba Bahan Bakar B30 Ditargetkan Selesai September 2019

Kendaraan Uji Coba B30 (dok: Pebrianto Eko WIcaksono)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ‎memperkirakan uji coba Solar yang dicampur dengan 30 biodiesel (B30) pada kendaraan akan selesai pada September 2019.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana ‎mengatakan, dengan keberhasilan uji coba suhu dingin, maka saat ini uji coba jalan B30 pada kendaraan sudah mencapai 60 persen.

"Uji coba sudah 60 persen ini real test," kata Dadan, saat uji coba ‎B30 saat suhu dingin, di Pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah (14/8/2019).

Setelah dilakukan ‎uji coba suhu dingin, dilanjutkan denga uji coba jalan pada 11 kendaraan yang terdiri dari kendaraan penumpang dengan menempuh perjalanan 640 Kilo meter (Km) dan kendaraan ukuran besar 340 Km.

"Kendaraan yang akan diuji jalan 640 Km untuk penupang kalau besar 340 km. Kendaraan juga diistirahatkan 6 jam per 24 jam," tuturnya.

Dadan mengungkapkan, seluruh uji coba penggunaan B30 pada kendaraan diperkirakan selesai pada September, setelah itu hasilnya akan dilaporkan ke pemerintah.

"Saat pertengahan September sudah 90 persen diselesaikan September! Kita laporkan ke pemerintah. Ada waktu sekitar 1 bulan dikatakan selesai," tandasnya.

Pemerintah berencana menerapkan pencampuran 30 persen biodiesel dengan solar (B30) pada 2020. Program tersebut akan mengurangi impor solar hingga 9 juta Kilo liter (Kl) senilai Rp 70 triliun.  


Pakai Bahan Bakar B30, Mesin Diesel Masih Tokcer di Suhu Dingin

Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengisi bahan bakar B30 ke mobil saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Litbang ESDM) telah melakukan pengujian mesin kendaraan dengan menggunakan‎ bahan bakar Solar yang telah dicampur dengan 30 persen biodiesel dalam suhu rendah.

Liputan6.com berkesempatan menyaksikan langsung uji coba tersebut, sebelum diujicoba enam mobil jenis mini bus bermesin diesel telah diisi Solar yang telah dicampur dengan 30 persen biodiesel yang mengandung Monogliserida 0,4 persen dan 0,55 persen.

Kemudian‎ mobil tersebut didiamkan selama 21 hari di kawasan pegunungan Dieng Wonosobo Jawa Tengah setelah menempuh jarak sekitar 150 kilometer‎ (Km).

Selama 21 hari, kendaraan tersebut berada dalam suhu rendah, bahkan pada beberapa pekan lalu suhu di wilayah pegunungan Dieng berada dititik minus di bawah nol derajat.

Pada Rabu (14/8/2019) Pukul 03.00 WIB, saat suhu sedang rendah, ‎kendaraan tersebut disiapkan diukur voltase baterai dan suhu di dalam tangki berkisar dari 17 sampai 16 derajat celcius. Satu per satu kendaraan dihidupkan.

Kendaraan pertama yang diuji coba ‎diisi dengan solar murni atau B0, dalam waktu 1,05 detik mesin kendaraan tersebut berhasil dinyalakan, kendaraan dengan bahan bakar B0 dilibatkan karena akan dijadikan acuan durasi mesin menyala.

kendaraan kedua yang menggunakan B30 dengan nilai kandungan Monogliserida 0,4 persen. Mesin kendaraan tersebut berhasil menyala dalam waktu 1,18 detik.

Pengujian terakhir dilakukan pada kendaraan yang telah diisi B30 dengan nilai kandungan Monogliserida 0,55 persen. mesin Kendaraan ini berhasil dinyalakan dalam waktu 0,997 detik.

‎Menurut Kepala Badan Litbang ESDM Dadan Kusdiana ‎uji coba mesin kendaraan menggunakan menggunakan B30 dinyatakan berhasil, sebab berdasarkan standar Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) batas maksimal mesin kendaraan menyala ketika distater selama 5 detik.

"Uji coba kali ini berhasi. Ini terpisah dari uji coba jalan," kata Dadan, dilokasi uji coba B30. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya