Liputan6.com, Jakarta - Membentuk mental dan kepribadian yang kuat pada anak tidak bisa dibuat dalam waktu semalam. Selain peran serta orangtua, pola pengasuhannya pun harus terus menerus.
Sayangnya, rasa terlalu cinta dan tak mau anak mengalami kesusahan kerap menghambatnya. Memang, sebagai orangtua kita cenderung untuk memberikan segala fasilitas dan kemudahan pada anak.
Advertisement
Hal tersebut tak sepenuhnya salah, hanya saja kita harus melakukannya dengan seimbang. Penuhi kewajiban untuk memberikan nafkah dan fasilitas pada anak, tapi biarkan juga anak belajar dari kesalahan dan kesulitan.
Nah, ada tiga sikap yang sebaiknya dihindari jika ingin membentuk mental anak menjadi kuat. Sikap-sikap ini sering muncul tanpa kita sadari, padahal efeknya justru bisa melemahkan mental buah hati. Apa saja?
1. Tidak membiarkan anak membuat pilihan
Jangan selalu memutuskan segala hal untuk anak. Biarkan anak memilih. Mulai dari hal kecil, seperti pakaian, makanan, minuman atau mungkin biarkan anak memutuskan ingin bermain di mana.
Tidak memberikan pilihan pada anak hanya akan membuatnya tak bisa menimbang banyak hal, melakukan preferensi dan menjadi pribadi yang kritis. Saat dihadapkan dengan masalah dan pilihan di kemudian hari, anak pasti akan sangat kesulitan. Tentunya hal tersebut sangat tidak baik bagi perkembangan mentalnya.
Advertisement
2. Tidak membiarkan anak melakukan kesalahan
Perasaan melindungi anak agar tak melakukan kesalahan pastinya selalu muncul. Ternyata hal ini salah. Ingat, pengalaman melakukan kesalahan adalah sebuah pelajaran berharga yang sangat penting bagi anak.
Saat melakukan kesalahan, berarti ada efek dan konsekuensi yang bakal muncul. Dari hal tersebutlah anak belajar banyak hal. Mencari solusi, melakukan pertimbangan hingga meredakan konflik yang muncul.
3. Tidak benar-benar mendengarkan
Anak-anak kita tahu bahwa kita memiliki pengalaman. Mereka tahu bahwa kita mungkin memiliki solusi untuk masalah mereka, namun seringkali mereka tidak mendatangi orangtua mereka. Mengapa? Mereka takut dihakimi, takut langsung disalahkan.
Jadi, cobalah untuk selalu mendengarkan anak secara seksama. Lihat dari berbagai sudut pandang. Mendengarkan alasan anak secara utuh tanpa menghakimi memang jadi hal yang sulit dilakukan, tapi harus!
Penulis : Muthia Nugraheni / Dream.co.id
Advertisement