Rangkaian Prosesi Sakral Tabut Muharam Bengkulu 2019 Dimulai

Perayaan tahunan bertajuk perayaan Tabut muharram selama 10 hari berturut-turut digelar di Bengkulu sejak malam satu suri atau malam satu muharram hingga 10 muharram

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 31 Agu 2019, 17:00 WIB
Perayaan Tabut Muharram tahun 2019 dilaksanakan selama 10 hari selama bulan muharram 1441 hijriah (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Tahun baru Islam bagi masyarakat Provinsi Bengkulu memiliki arti tersendiri. Perayaan tahunan bertajuk perayaan Tabut muharam digelar selama 10 hari berturut-turut di Bengkulu sejak malam satu suro atau malam satu muharam hingga 10 muharam.

Dua rangkaian kegiatan digelar bersamaan. Prosesi sakral yang digelar 17 keluarga pewaris tradisi Tabut yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu akan melakukan prosesi budaya dan adat, sementara pemerintah menggelar Festival tahunan Tabut Bengkulu.

Ketua Kerukunan Keluarga Tabut Bencoolen, Ahmad Syiafril Syahbuddin mengatakan, prosesi budaya sakral tahun ini dimulai sejak tanggal 31 Agustus dengan menggelar pengajian dan Zikir di Musala dekat komplek pemakaman Syeh Burhandudin atau Imam Senggolo di TPU Karabela Kota Bengkulu.

"Pengajian kita gelar untuk memohon izin dimudahkan dan dilancarkan sepanjang kegiatan kita tahun ini," ungkap Syiafril di Bengkulu Sabtu 31 Agustus 2019.

Malamnya, sebanyak 17 keluarga pewaris tradisi Tabut akan melakukan prosesi Ambik Tanah. Ada dua rombongan besar yaitu keluarga Tabut Imam yang melakukan prosesi ambik tanah di kawasan Pantai Nala. Satu rombongan lagi yaitu keluarga Tabut Bangsal melakukan ambik tanah di bawah Benteng Marlborough.

Sebelum berangkat menuju lokasi Ambik Tanah, para pewaris tradisi ini akan berpamitan dengan Raja Agung atau Gubernur Bengkulu sebagai pemimpin daerah ini di Balai Raya Semarak Bengkulu.

Kegiatan ini digelar bersamaan dengan pembukaan Fastival Tabut 2019 yang berpusat di Lapangan Merdeka Kota Bengkulu dengan gelaran Pesta Rakyat.

Dua sisi perayaan ini berjalan masing-masing tetapi saling beriringan. Tradisi budaya tetap dijalankan sesuai adat dan kebiasaan turun temurun, pesta rakyat juga berjalan dengan konsep modernisasi.


Rangkaian Prosesi Tabut Muharram

Keluarga pewaris Tardisi Tabut melaksanakan salah satu prosesi budaya sakral (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Tradisi budaya Tabut oleh Kerukunan Keluarga Tabut Bencoolen digelar selama 10 hari berturut turut. Prosesi sakral tersebut terdiri dari sembilan rangkaian ritual dengan waktu disesuaikan penanggalan kalender Islam.

Salah seorang anggotta keluarga pewaris tradisi Tabut, Adil Qurniawan mengatakan, setelah doa bersama atau zikir musala di kawasan TPU Karabela, prosesi pertama dimulai dengan kegiatan ambik tanah atau mengambil tanah dari tempat khusus yang di keramatkan atau biasa disebut Gerga. Ada dua Gerga yang menjadi lokasinya yaitu Gerga milik keluarga TAbut Imam di kawasan Pantai Nala dan Gerga keluarga Tabut Bangsal di kawasan Tapak Paderi.

Prosei kedua adalah Duduk Penja (mencuci jari-jari) Penja adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak atau tembaga yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya.

"Karenanya penja ini disebut juga dengan jari-jari," ujar Adil.

Selanjutnya KKT akan menggelar kegiatan Meradai atau mengumpulkan dana yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk kegiatan kemasyarakatan).

Kegiatan Meradai ini dilaksanakan sekaligus sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa perayaan Tabut sudah berjalan.

Keempat, Menjara (mengandun) artinya berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji dan bertanding alat musik dhol, sejenis beduk yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya serta ditutupi dengan kulit lembu.

Tahap kelima adalah Arak Penja, yang mana penja diletakkan di dalam Tabut dan diarak di jalan-jalan utama Kota Bengkulu.

Tahap keenam merupakan acara mengarak penja yang ditambah dengan serban (sorban) putih dan diletakkan pada Tabut kecil.

Tahap ketujuh adalah Gam (tenang/berkabung), merupakan tahapan dalam upacara Tabut yang wajib ditaati. Tahap Gam merupakan saat di mana tidak diperbolehkan mengadakan kegiatan apapun.

Tahap kedelapan dilakukan pada tanggal 9 Muharam juga yang disebut dengan Arak Gendang. Tahap ini dimulai dengan pelepasan Tabut Besanding di gerga masing-masing.

Tahap terakhir dari keseluruhan rangkaian upacara Tabut disebut dengan Tabut Tebuang yang diadakan pada tanggal 10 Muharam. Puluhan ribu Masyarakat Bengkulu akan tumpah ruah di sepanjang jalan yang dilalui rombongan pembawa Bangunan Tabut dari lapangan Merdeka menuju pemakaman Syekh Burhanuddin bergelar Imam Senggolo di kawasan Karabela.


Wonderful Indonesia

Festival Tabut Bengkulu 2019 merupakan langkah awal menuju visit Bengkulu Years 2020. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Perayaan Festival Tabut Bengkulu merupakan bagian dari 100 kalender event Wonderful Indonesia. Kementrian Pariwisata RI memberikan dukungan dan pedampingan terkait pengelolaan pelaksanaan festival Tabut Bengkulu 2019 yang mengangkat akar budaya yang hanya digelar di Bengkulu dan Pariaman Sumatra Barat.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, momentum Festival Tabut 2019 akan dimanfaatkan untuk mendorong Bengkulu sebagai daerah tujuan wisata tahun 2020 bertajuk Visit Bengkulu Years 2020.

"Akan dimulai dari tahun ini, target kita wonderful Bengkulu tahun depan bisa dijalankan," ujar Rohidin.

Bengkulu memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Selain budaya dan tradisi unik banyak terdapat disini, Bengkulu juga memiliki potensi pariwisata kebendaan, alam, sejarah dan aspek kepariwisataan yang lengkap.

Beberapa situs warisan kolonial dan peninggal Kerajaan Inggris yang menduduki wilayah ini dan sempat menjadikan Bengkulu sebagai pintu gerbang perdagangan Asia melalui pelabuhan laut. Inggris juga memiliki benteng pertahanan terbesar di Asia Tenggara bernama Fort Marlborough.

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI juga tidak lepas dari Bengkulu. Bung Karno sang Proklamator pernah diasingkan di Bengkulu tahun 1938 hingga 1942. Bahkan ibu negara pertama Republik Indonesia, Fatmawati yang menjahit sang saka Merah Putih merupakan putri asli dari Bengkulu.

"Nilai-nilai ini yang akan diangkat dan memiliki nilai jual pariwisata," kata Rohidin Mersyah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya