Liputan6.com, Jakarta Kapolri Jenderal Tito Karnavian memerintahkan seluruh Kapolda se-Indonesia menjamin keselamatan dan keamanan mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat. Hal itu ia minta agar tak ada lagi kejadian seperti di Surabaya, Jawa Timur.
"Saya minta para Kapolda tetap menjamin keamanan adik-adik kita mahasiswa yang belajar di semua kota di Indonesia. Ini semua Kapolda saya sudah perintahkan," kata Tito di Polda Metro Jaya, Minggu (1/9/2019).
Advertisement
Meski begitu, ia ingin agar mahasiswa yang berasal dari Papua bisa menyesuaikan diri saat berada di luar Papua dan Papua Barat. Begitu juga sebaliknya, Tito ingin masyarakat yang berasal dari luar Papua, harus menghormati adat istiadat Papua.
"Saya minta juga adik-adik dari mahasiswa Papua, apapun juga sebagai pendatang, perantau, sesuaikan diri dengan local wisdom, budaya masyarakat lokal yang ada," ujarnya.
Tak hanya diperuntukkan terhadap Papua, menurut Tito, warga negara Indonesia tetap harus saling menghormati adat dan budaya antar suku maupun daerah.
"Sama seperti dari Sumatera datang ke Jawa, yang Jawa sekolah mungkin dia datang ke Bali, datang ke Manado, yang dari luar Papua datang ke Papua juga menghormati adat istiadat setempat, termasuk juga dari Papua yang datang ke Jawa ke Sumatera, sesuaikan diri," Tito menambahkan.
Tito mengklaim, kerusuhan yang terjadi di beberapa wilayah Papua dan Papua Barat belum pernah terjadi sebelumnya. "Bertahun-tahun selama ini enggak pernah terjadi, karena adanya prinsip saling menghormati seperti itu," kata dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Melarang Demo
Sebelumnya, Tito juga memerintahkan Kapolda Papua dan Kapolda Papua Barat untuk mengeluarkan maklumat larangan demonstrasi. Maklumat itu dikeluarkan agar tak ada lagi aksi unjuk rasa yang berpotensi anarkis.
Maka saya dalam rangka pencegahan, saya perintahkan kepada Kapolda Papua Barat untuk mengeluarkan maklumat untuk saat ini, di situasi saat ini, melarang demonstrasi yang potensi anarkis," sambungnya.
Ia pun menjelaskan, apa yang ia lakukan tersebut sebelumnya pernah ia lakukan pada saat aksi yang berujung rusuh pada 21-22 Mei 2019.
"Sama waktu setelah peristiwa Mei di Bawaslu lalu. Saya larang aksi unjuk rasa, kenapa? toleransi disalahgunakan, ini juga sama ditoleransi disalahgunakan, ya kita tidak mau ini ketertiban publik menjadi taruhannya," jelasnya.
Tito mengaku akan evaluasi bersama dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Evaluasi dilakukan agar tak adanya lagi peristiwa tersebut.
"Ini kemudian tentu akan kita evaluasi terus dan saya sendiri dengan bapak Panglima nanti kemungkinan besar-besok akan kesana ya untuk mengendalikan betul-betul situasi terkendali dan melakukan langkah penegakan hukum," ujar Tito.
Reporter : Nur Habibie
Sumber : Merdeka.com
Advertisement