Liputan6.com, Bandung - Pelataran halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Minggu (1/9/2019) pagi dipenuhi ratusan perempuan berkebaya warna-warni. Diinisiasi komunitas Indonesia.id yang menggandeng Rumpun Indonesia, para perempuan dari berbagai jenjang usia tersebut melakukan flashmob tarian kolosal Ketuk Tilu.
Ketuk Tilu adalah tarian rakyat di wilayah Priangan yang masuk dalam kategori tari pergaulan sebagai cikal bakal lahirnya tari Jaipongan. Tari khas Jawa Barat ini memiliki gerakan dinamis didasari gerakan pencak silat, yang mengandung unsur tarian, nyanyian dan tetabuhan.
Advertisement
Istilah Ketuk Tilu merujuk pada tiga buah ketuk (bonang) sebagai pengiring utama dengan pola irama rebab diiringi dua kendang, indung (besar) dan kulanter (kecil).
Berdasarkan sejarahnya, Ketuk Tilu adalah tarian dalam upacara menyambut panen padi yang bertujuan mensyukuri serta memohon keselamatan dan kesejahteraan dengan nilai kearifan lokal agar manusia dapat menghormati dan merawat alam yang telah dianugerahkan Tuhan.
Ketua Rumpun Indonesia Marintan Sirait mengatakan, kegiatan menari bersama di Kota Bandung ini ternyata telah menarik perhatian masyarakat luas.
Awalnya, kata Marintan, flashmob pertama digagas Indonesia.id digelar di Jakarta pada 18 Agustus 2019 lalu. Dia bersama jaringan perempuan di Kota Bandung kemudian mendapat ajakan dari Indonesia.id. Rumpun Indonesia kemudian menyambut baik tongkat esfatet kegiatan menari bersama yang bertujuan merawat keberagaman budaya tersebut.
"Tujuan acara ini untuk menggalang kembali rasa cinta budaya, menghargai keberagaman serta mengawal toleransi untuk Indonesia tercinta," kata Marintan .
Marintan menyebut, flashmob di Bandung diikuti sekitar 700 peserta. Mereka berasal dari beragam lembaga maupun individu yang mendukung kegiatan positif tersebut.
Ketuk Tilu dipilih karena tarian ini cukup merepresentasikan seni dan budaya di Jawa Barat.
"Sebenarnya Ketuk Tilu itu sebuah tarian yang merupakan cikal bakal dari tarian Jaipong. Jadi kami mencoba mengangkat kembali sesuatu yang barangkali sudah terlupakan," kata Marintan.
Berlanjut ke Medan
Sementara itu, inisiator Indonesia.id, Eva Simanjuntak mengatakan, seni tari dipilih sebagai strategi budaya yang berakar dari nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga tradisi dan menggerakan kesadaran untuk mencintai keberagaman sebagai DNA Indonesia.
Menurut Eva, flashmob tari bersama ini dilakukan sebagai gerakan melestarikan budaya asli untuk menjaga Pancasila sebagai pemersatu keragaman identitas bangsa Indonesia. Alih alih memiliki keberagaman identitas lintas agama, suku, budaya, jenis kelamin, status sosial, dan pilihan identitas lainnya, bangsa Indonesia perlu menyadari rahmat yang diberi Tuhan.
"Melalui kegiatan ini kita mengharapkan rasa cinta budaya dan terutama menanamkannya kepada generasi muda pada anak-anak," kata Eva.
Setelah Jakarta dan Bandung, flashmob tarian bersama akan menyambangi beberapa daerah di Indonesia. Salah satu tujuan yaitu Kota Medan.
"Setelah Medan, berikutnya ke Makassar, Ambon, Aceh, Papua. Di luar negeri juga ada, di Auckland dan Washington DC. Setiap daerah menarikan tarian tradisional masing-masing dan kemudian kita akan menyelenggarakan lagi untuk menyambut 28 Oktober serentak di seluruh Indonesia," ucap Eva.
Simak video pilihan di bawah ini:
Advertisement