Doktor ITS Surabaya Kembangkan Model Peramalan Inflasi

Nilai inflasi dan jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah variabel ekonomi yang penting dan aktual.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Sep 2019, 20:00 WIB
Mahasiswa program doktoral dari Departemen Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Eni Sumarminingsih.(Foto: Dok ITS)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai inflasi dan jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah variabel ekonomi yang penting dan aktual.

Hal ini memicu banyak peneliti untuk mengembangkan metode dan model untuk prediksi perubahan nilai itu. Salah satunya mahasiswa program doktoral dari Departemen Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Eni Sumarminingsih.

Eni meraih gelar doktornya dalam sidang terbuka promosi doktor lewat disertasinya yang berjudul Model Spatial Vector Autoregressive dengan variasi kalender dan aplikasi pada data inflasi dan jumlah uang beredar di Surabaya, Malang, Kediri dan Jember, Jawa Timur.

Poin utama yang disorot dalam penelitian Eni yaitu penerapan variasi kalender pada model yang dikembangkan. Eni memaparkan, model variasi kalender ini terdiri dari dua jenis yaitu trading day effect dan holiday effect.

Trading day effect adalah efek yang disebabkan perubahan banyaknya hari dalam seminggu yang terdapat dalam sebulan. Sementara itu, holiday effect adalah efek adanya hari libur atau hari raya keagamaan.

"Holiday effect ini bersifat unik, sebab terdapat hari raya agama tertentu yang ditetapkan berdasar kalender bulan, sehingga hari libur itu terjadi pada tanggal dan bulan yang berbeda setiap tahunnya," ujar dia, seperti dikutip dari laman ITS, Senin (2/9/2019).

Melalui penelitian ini, Eni menyimpulkan  penduga parameter model yang dibangun dengan variasi kalender memiliki sifat efisien dan konsisten. Adapun pada penerapan model SpVAR dengan variasi kalender pada data inflasi dan jumlah uang beredar dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar, juga hubungan ruang dan waktu.

Eni menuturkan, terjadi korelasi yang cukup signifikan pada inflasi dan jumlah uang yang beredar pada empat kota yang ditelitinya. "Adapun untuk korelasi antara nilai inflasi dan jumlah uang yang beredar nilainya relatif kecil, namun tetap signifikan," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Selanjutnya

Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menerangkan, di samping data inflasi dan jumlah uang beredar, model yang dikembangkan juga cukup fleksibel untuk diterapkan pada masalah lain yang sama-sama dipengaruhi oleh variasi kalender, misalnya nilai penjualan tiket kereta.

Misalnya, penjualan tiket dari Malang ke Surabaya, puncaknya terjadi pada Senin. Sebaliknya untuk tiket kereta dari Surabaya ke Malang justru lebih banyak pada Jumat.

"Artinya, apabila dalam satu bulan hanya terdapat lima hari Senin, maka hasil penjualan tiket pada bulan tersebut akan lebih besar dibandingkan bulan yang hanya memiliki empat hari Senin," bebernya.

Sosok yang berhasil lulus sebagai doktor dengan predikat sangat memuaskan ini mengaku telah mengunggah penelitiannya tersebut dalam jurnal internasional, sehingga dapat diaplikasikan setiap saat oleh pihak yang membutuhkannya.

Penyandang gelar doktor ke-31 dari Departemen Statistika ITS ini berharap, pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan model Spatial Vector Autoregressive dengan variabel eksogen berupa variabel intervensi atau variabel metrik. “Selain itu perlu juga dikembangkan model SpVAR untuk error yang tidak memiliki distribusi normal,”

Sebelumnya, kandidat yang dipromotori oleh Dr Setiawan dan Agus Suharsono Ms serta Prof Budi Nurrani ini telah lulus dalam sidang disertasi tertutup pada 16 Agustus 2019. Eni pun lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna pada 3,97.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya