Tumpahan Minyak Pertamina Sudah Sampai Rumah Warga

10 keluarga harus dipindahkan ke tempat aman akibat mulai masuknya tumpahan minyak ke rumah warga

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Sep 2019, 19:15 WIB
Limbah tumpahan minyak (oil spill) terlihat mencemari Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Pencemaran minyak ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan setempat menurun dan merusak hutan bakau fi sekitar Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Tumpahan minyak mentah dari Sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) sudah masuk ke rumah warga di wilayah Cemara Jaya Karawang Jawa Barat. Hal tersebut membuat 10 keluarga harus dipindahkan ke tempat aman.

Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, perlatan Pertamina tidak mampu membendung dan menangkap tumpahan minyak, akibat perubahan arus yang makin deras yang menyebabkan ombak menjadi lebih tinggi sehingga masuk ke rumah warga yang dekat dengan pantai.

“Dengan kondisi arus, ditambah adanya banjir rob tanggal 28 agustus 2019 lalu, akibatnya tumpahan minyak tidak tertangkap oil boom, dan langsung masuk ke rumah warga yang berjarak sangat dekat dengan pantai," kata Ifki, di Jakarta, Senin (2/9/2019).

Demi menjaga keselamatan, secara paralel 10 kepala keluarga (KK) di Pisangan yang rumahnya terkena tumpahan minyak dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Bagi warga yang belum pindah, tim medis dari Pertamedika melakukan kunjungan kesehatan ke rumah untuk melakukan daily check up dan dan membagikan masker.

"Kami berupaya untuk membujuk warga agar mau dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Namun memang belum semuanya bersedia. Selain itu, kami juga terus berupaya mencarikan yang lebih aman bagi warga Cemara 1, Cemara 2 dan Pisangan," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pembersihan Rumah Warga

Pegawai Pertamina melintas di depan tumpukkan karung berisi limbah tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi di sumur lepas pantai YYA1 Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut Ifki, pihak Pertamina Hulu Energi - Offshore North West Java (PHE - ONWJ) telah melakukan pembersihan rumah warga yang rumahnya terdampak tumpahan minyak. Pembersihan dilakukan secara intensif sejak adanya laporan dari warga.

Sejumlah personil yang terdiri dari pekerja, masyarakat dan anggota TNI/Polri turun ke pemukiman warga, dan sepakat untuk bekerja sampai malam mengangkat lapisan minyak. Setelah lapisan minyak diangkat, kemudian ditutup sorbent pad untuk mengurangi bau.

“Kami memohon maaf atas kejadian ini. Setelah mendapatkan laporan, tim di lapangan langsung bertindak cepat menangani tumpahan minyak di rumah warga, yang ada di kawasan Cemara Jaya dan Pisangan,“ tandasnya.


Pembayaran Kompensasi Tumpahan Minyak Molor, Ini Alasan Pertamina

Tumpukkan karung berisi oil spill memenuhi pesisir Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi pada 12 Juli lalu tersebut terus mencemari laut utara Jawa hingga kini telah mencapai perairan Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Penyaluran kompensasi dampak tumpahan minyak dari Pertamina Hulu Energi‎ (PHE) ke masyarakat molor dari target. Hal ini disebabkan pendataan penerima yang belum selesai.

Ketua Tim I Dampak Pengendalian Eksternal Pertamina Rifky Effendi mengakui, penyaluran kompensasi molor dari yang direncanakan pada pekan lalu. Namun pihaknya akan melakukan percepatan agar kompensasi segera dilakukan, dengan kesiapan saat ini sudah 90 persen.

‎"Kami minta maaf harus mundur, tim kami sudah kerja siang dan malam. Bisa dikatakan 90 persen siap," kata Rifky, di Kantor PHE Jakarta‎, Senin (26/8/2019).

Menurutnya, penyaluran kompensasi molor dari target karena wilayah yang terdampak luas berada 7 kabupaten kota, sehingga perlu melakukan pencocokan data dan identitas calon penerima, hal ini untuk memastikan penyaluran kompensasi ‎tepat sasari.

"kita perlu mendetailkan by name dan by addres ini kan sebuah proses ini membuat kemuduran," tuturnya.

Agar kompensasi tumpahan minyak yang diterima para korban yang terdampak sesuai dengan besaran yang ditetap penyalurannya dilakukan secara nontunai, sehingga perlu dibuatkan rekening bank. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab penyaluran kompensasi molor.

"Ini juga perlu proses. Teman-teman Himbara (Himpunan Bank Negara) perlu waktu bukan karena mengingkari janji," jelasnya.

Dia mengungkapkan, untuk menghitung besaran kompensasi, Pertamina akan mengacu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2014.‎

Dia memastikan, besaran kompensasi berbeda sesuai dengan profesi penerima. Selain kompensasi Pertamina juga akan mengganti rugi peralatan nelayan yang rusak akibat tumpahan minyak.

"Berapa persen bantuan permen LHK 7 2014 ini semua sudah dihitung tentu nelayan, buruh ABK tentu semua berbeda, juga pengantian alat,kami juga bantuan sembako ini butuh kordinasi," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya