Liputan6.com, Jakarta Pemerintah membuka peluang menaikan tarif bea masuk atas barang impor terhadap produk holtikultura, hewan beserta turunannya. Kenaikan tarif bea masuk ini bertujuan untuk melindungi para petani dalam negeri atas produk-produk impor.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengatakan rencana kenaikan ini merupakan intruski dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Di mana, pada prinsipnya pemerintah menginginkan agar produksi dalam negeri berkualitas dan tidak tergantung pada impor.
"Tadi ada saran saran dari Pak Menko (Darmin Nasution). Tapi nanti yang menjelaskan baiknya Pak Menko saja," kata dia saat ditemui di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Menerima permintaan tersebut, pihaknya pun akan mengkaji rencana kenaikan tarif bea masuk tersebut. Sebab dalam perbincangan tersebut belum merumuskan berapa besaran tarif yang akan ditetapkan nantinya.
"Nanti kita perhatikan terkait tarifnya atau bea masuk. Kita akan diskusikan lagi di internal," imbuh dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita menambahkan, kenaikan bea masuk tersebut pun nantinya untuk semua impor produk holtikultura, hewan beserta turunannya tanpa terkecuali.
Namun mengenai besaran kenaikan tersebut, kata dia akan berada di bawah lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Nanti yang itung itung tarif kan Kemenkeu," dia menandaskan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemarau Panjang, Bulog Pastikan Tak akan Impor Beras
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar memastikan stok berasaman meski musim kemarau panjang tengah melanda. Oleh karena itu dia menegaskan Indonesia tidak pelru membuka keran impor beras.
"(Stok beras) Gak ada masalah lah. Pokoknya gak perlu kita impor ya. Beras gak ada masalah kita. Beras stok masih bagus masih 2.370.000 ton lebih," kata dia saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (2/9).
Lebih lanjut Bachtiar mengungkapkan di Indonesia meski sedang terjadi kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan, namun di beberapa daerah lainnya tidak terjadi hal tersebut. Sehingga daerah yang tidak meengalami kekeringan masih bisa panen dan membantu pasokan beras.
"Ada daerah yang kena kekeringan ada daerah yang masih hujan. Nah, jadi masalah stok berasini pengadaan sampai hari ini rata - rata masih 4000 ton. Terus operasi pasar cuma 3.000 ton gak nyampe. Artinya antara in sama out masih banyak in nya," ujarnya.
Oleh karena itu, dia menjelaskan langkah Bulog dalam mengantisipasi kekeringan dari segi pengadaan sudah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. "Di warehouse - warehouse gudang kita semuanya stok tuh sudah teralokasi dan siap untuk menghadapi itu (kemarau panjang) semua," ujarnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement