Liputan6.com, Jakarta: Dalam kategori Inovasi, Liputan 6 Awards akhirnya memilih Drg Anto Bagus. Dia dinilai berhasil memodifikasi alat obstuator untuk bibir sumbing.
Anto menjelaskan bahwa dirinya telah bekerja selama 11 tahun untuk bisa menyempurnakan alat yang dibuatnya. Hasilnya alat tersebut dapat menolong para penderita cacat bibir sumbing.
"Jadi saya memunculkan alat alternatif yang murah yang saya rintis tahun 1997. Tapi awalnya saya kesulitan terus, dan saya berhasil sempurnakan di tahun 2008. Jadi hampir 11 tahun saya coba-coba terus. Dan tahun 2012 bulan Februari, saya mendapatkan hak paten dari Kemenkumham, alat ini sangat murah itu bisa didapat dengan harga Rp 500 ribu," kata Anto saat ditemui usai mendapatkan penghargaan Liputan6 Awards di Balai Sarbini, Jakarta, Jumat (25/5).
Menurut Anto Bagus, mayoritas penderita bibir sumbing biasanya berpikir bahwa dirinya hanya menderita cacat pada lubang langit-langit mulut. Terus kebanyakan kasus tersebut hanya diselesaikan pada mulutnya.
Padahal, menurutnya, ketika penderita bibir sumbing tersebut beranjak dewasa, maka dia akan sulit berbicara. "Jadi di era komunikatif saat ini nanti dia gak pede (percaya diri), kan kasihan juga," tuturnya.
"Padahal dengan operasi juga banyak yang tidak berhasil. Dan hampir 30 persen gagal. Dan kalau operasi iini membutuhkan biaya besar Rp 10 juta," tambahnya.
Karena itu, dirinya menjelaskan dengan harga Rp 500 ribu dari alat yang dibuatnya tersebut, maka operasi dengan harga Rp 10 juta itu bisa mengcover sebanyak 20 orang dengan harga yang sama.
"Penghargaan ini harapan saya mengartikan bahwa kita harus bersosial dan harus mempromosikan apa yang kita ciptakan, dan saya sangat berterimakasih pada hari ini dalam mendapatkan awards ini. Ke depan saya berharap alat saya bisa dipakai oleh para penyandang bibir sumbing. Awards ini saya persembahkan untuk keluarga dan orang-orang sekitar yang membutuhkan terutama soal kesehatan," imbuhnya.
Anto menjelaskan, selama ini dirinya telah menjual alat yang dibuatnya tersebut untuk para penyandang bibir sumbing. "Sebelum 2008 itu belum saya catat, tetapi setelah 2008 itu ada sekitar 50 orang yang sudah saya bantu," pungkasnya.(ULF)
Anto menjelaskan bahwa dirinya telah bekerja selama 11 tahun untuk bisa menyempurnakan alat yang dibuatnya. Hasilnya alat tersebut dapat menolong para penderita cacat bibir sumbing.
"Jadi saya memunculkan alat alternatif yang murah yang saya rintis tahun 1997. Tapi awalnya saya kesulitan terus, dan saya berhasil sempurnakan di tahun 2008. Jadi hampir 11 tahun saya coba-coba terus. Dan tahun 2012 bulan Februari, saya mendapatkan hak paten dari Kemenkumham, alat ini sangat murah itu bisa didapat dengan harga Rp 500 ribu," kata Anto saat ditemui usai mendapatkan penghargaan Liputan6 Awards di Balai Sarbini, Jakarta, Jumat (25/5).
Menurut Anto Bagus, mayoritas penderita bibir sumbing biasanya berpikir bahwa dirinya hanya menderita cacat pada lubang langit-langit mulut. Terus kebanyakan kasus tersebut hanya diselesaikan pada mulutnya.
Padahal, menurutnya, ketika penderita bibir sumbing tersebut beranjak dewasa, maka dia akan sulit berbicara. "Jadi di era komunikatif saat ini nanti dia gak pede (percaya diri), kan kasihan juga," tuturnya.
"Padahal dengan operasi juga banyak yang tidak berhasil. Dan hampir 30 persen gagal. Dan kalau operasi iini membutuhkan biaya besar Rp 10 juta," tambahnya.
Karena itu, dirinya menjelaskan dengan harga Rp 500 ribu dari alat yang dibuatnya tersebut, maka operasi dengan harga Rp 10 juta itu bisa mengcover sebanyak 20 orang dengan harga yang sama.
"Penghargaan ini harapan saya mengartikan bahwa kita harus bersosial dan harus mempromosikan apa yang kita ciptakan, dan saya sangat berterimakasih pada hari ini dalam mendapatkan awards ini. Ke depan saya berharap alat saya bisa dipakai oleh para penyandang bibir sumbing. Awards ini saya persembahkan untuk keluarga dan orang-orang sekitar yang membutuhkan terutama soal kesehatan," imbuhnya.
Anto menjelaskan, selama ini dirinya telah menjual alat yang dibuatnya tersebut untuk para penyandang bibir sumbing. "Sebelum 2008 itu belum saya catat, tetapi setelah 2008 itu ada sekitar 50 orang yang sudah saya bantu," pungkasnya.(ULF)