Liputan6.com, Yogyakarta Banyak cara menyambut pagi. Tidak melulu dengan melihat matahari terbit dari puncak bukit atau menikmati pemandangan alam. Sebagai Kota Pelajar, Yogyakarta memiliki beragam cara berbeda menyambut pagi. Salah satunya, berkunjung ke Museum Pusat TNI AD.
Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta. Museum yang baru saja dibuka kembali pada Desember tahun lalu ini terbuka untuk umum dan gratis. Museum berbasis IT milik TNI AD ini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai 15.00 WIB.
Jangan dibayangkan tempat ini hanya memajang patung, menempel foto di dinding, dan melahirkan suasana sunyi layaknya kebanyakan museum. Tidak ada diorama konvensional di tempat ini. Namanya berbasis IT, sudah pasti museum ini menghadirkan ruang pamer yang sarat kecanggihan teknologi.
Baca Juga
Advertisement
Interiornya yang dinamis juga membuat museum ini seolah-olah menarik pengunjung ke masa silam. Ada belasan area yang menjelaskan setiap peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan TNI AD di tempat ini.
Masuk ke area lobi, pengunjung bisa melihat koleksi museum berupa lukisan dan foto pejabat Kasad serta mural awal terbentuknya TNI. Multimedia digital book menjadi pelengkap area pamer ini yang menjelaskan gambaran umum museum dan profil TNI AD.
Di sisi timur lobi museum, terdapat ruang pameran koleksi Panglima Besar Jenderal Sudirman. Ruangan ini juga merupakan ruang kerja Sudirman saat menjabar sebagai Panglima Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Kursi kerja, merja kerja, kursi dan meja tamu, pesawat telepon, dan foto-foto Sudirman dipamerkan di ruangan ini. Tidak ketinggalan, selalu ada multimedia digital book yang menjelaskan biografi Sudirman dari lahir sampai wafat.
Di sisi barat lobi museum, terdapat ruang pameran koleksi Letna Jenderal Urip Sumoharjo. Sama seperti Sudirman, ruangan ini juga dipakai Urip Sumoharjo saat menjabat sebagai Kepala Staf TKR.
Dari Hologram sampai Augmented Reality
Memasuki ruang pameran, pengunjung akan disambut rekayasa multimedia Holoscreen Virtual Display Selamat Datang. Multimedia ini akan memberikan gambaran secara garis besar tata pameran koleksi museum yang mengadopsi teknologi hologram.
Di area ini, pengunjung juga bisa mendapat informasi soal sejarah lahirnya TNI AD, dari berbentuk KNIL, BKR, TKR, TRI, sampai akhirnya menjadi TNI. Tempat ini juga memamerkan koleksi awal terbentuknya TNI AD berupa artefak asli yang didukung informasi grafis dan mural.
Area ini juga terbagi menjadi delapan bagian yang menjelaskan peristiwa delapan palagan, meliputi Palagan Semarang, Surabaya, Ambarawa, Bandung, Medan, Bali, Palembang, dan Makassar. Ada pula area Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berisi infografis dan artefak. Selain penjelasan dari digital book, peristiwa ini juga dijabarkan melalui film dokumenter.
Area selanjutnya adalah area markas pejuang. Area ini menjadi tempat favorit pengunjung karena mereka bisa terlibat langsung dalam permainan augmented reality. Teknologi ini memungkinkan pengunjung melakukan simulasi di masa perjuangan.
Di wahana ini pengunjung bisa merasakan menjadi pejuang yang bertugas di dapur sampai medan perang. Pengunjung seolah-olah berada di suasana masa lalu. Permainan ini juga dilengkapi Kinect selfie sehingga pengunjung bisa berfoto dengan latar belakang masa perjuangan.
Advertisement
Gedung Bekas Makorem 072/Pmk
Pada awalnya, gedung Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama adalah Markas Korem 072/Pmk Kodam VII Diponegoro. Semasa pemerintahan Hindia Belanda, bangunan seluas 1.564 meter persegi ini merupakan tempat tinggal pejabat perkebunan Belanda di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Saat pendudukan Jepang, gedung itu dipakai seagai kediaman residen Jepang di daerah Yogyakarta. Pasca proklamasi kemerdekaan, sejumlah peristiwa penting terjadi di gedung itu, antara lain, pernah dijadikan markas tertinggi TKR dan tempat penyusunan markas besar TKR oleh Letjen Urip Sumoharjo yang menjadi cikal bakal TNI.
Selain itu, di markas ini untuk pertama kali terpancar kesatuan komando ke seluruh wilayah Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang kembali terancam Belanda. Di tempat ini juga untuk pertama kali diselenggarakan Konferensi TKR yang memutuskan pucuk pimpinan tertinggi angkatan perang yakni Jenderal Sudirman.
“Karena baru dibuka belum banyak orang tahu tentang museum ini yang sudah berbasis digital, jadi kami berusaha mempromosikan lewat kegiatan rutin, salah satunya sarapan bareng dengan masyarakat setiap Jumat pagi,” ujar Kapten Caj Yanti Murdiani, Kepala Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, beberapa waktu lalu.
Ia mengungkapkan museum di Yogyakarta ini menjadi pilot project museum TNI AD berbasis IT dan rencananya akan diikuti dengan pengembangan lima museum TNI AD yang sudah ada di daerah lainnya.