China Kembali Adukan AS ke WTO

Tarif terbaru AS adalah penambahan tarif sebesar 15 persen kepada produk China yang mulai berlaku per 1 September.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Sep 2019, 20:00 WIB
Presiden Cina Xi Jinping seusai berbicara kepada awak media di Bandara Internasional Hong Kong, Kamis (29/6). Selama sepekan terakhir, Kepolisian Hong Kong sudah melakukan berbagai antisipasi terkait kunjungan Presiden Xi Jinping. (AP Photo/Kin Cheung)

Liputan6.com, Jenewa - China akhirnya menyeret isu perang dagang ke meja World Trade Organization (WTO) di Jenewa, Swiss. Kementerian Perdagangan China telah mengajukan keluhan terhadap Amerika Serikat (AS) kepada WTO pada Senin, 2 September 2019, waktu setempat.

Dilaporkan Reuters, Selasa (3/9/2019) China mengeluhkan tarif baru Presiden Donald Trump terhadap produk mereka senilai total USD 300 miliar. Ini adalah aduan ketiga China terhadap tarif Presiden Trump.

Tarif terbaru AS adalah penambahan tarif sebesar 15 persen kepada produk China yang mulai berlaku per 1 September. Total tarif baru Trump menyerang produk China senilai USD 300 miliar yang diterapkan bertahap dari September hingga Desember.

Pejabat AS berkata sedang menghukum China karena pencurian hak kekayaan intelektual. China pun membalas dengan menerapkan tarif serupa kepada AS.

"China telah mengambil keputusan speihak untuk mengadopsi tindak kebijakan industri yang agresif untuk mencuri atau merebut teknologi mitra dagang mereka; AS mengadopsi tindakan tarif dalam usaha menghapus kebijakan tranfer teknologi China yang tidak adil dan distortif," demikian pembelaan AS yang dirilis Jumat lalu.

Berdasarkan aturan WTO, pemerintah AS punya waktu 60 hari untuk menyelesaikan kasus ini. China pun bisa meminta WTO untuk mengadili kasus tarif ini yang dapat memakan waktu bertahun-tahun.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Rupiah Tertekan

Sejumlah uang kertas rupiah ditunjukkan petugas di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah hari ini diperdagangkan dengan kisaran Rp 13.766 -Rp 13.778 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah seiring masih besarnya sentimen ketegangan dagang Amerika Serikat dan China.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka di angka 14.216 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.194 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.216 per dolar AS hingga 14.230 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melmasih mampu menguat 1,12 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.217 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.190 per dolar AS. 

Nilai tukar rupiah melemah seiring masih besarnya sentimen ketegangan dagang Amerika Serikat dan China.

"Mata uang negara berkembang cenderung melemah seiring masih besarnya sentimen hindar aset berisiko dibalik memburuknya ketegangan dagang AS-China pasca kedua negara tersebut menaikkan tarif impor," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Ariston mengemukakan, ketegangan perang dagang kembali memanas setelah AS menaikkan barang-barang dari China sebesar 15 persen dan China juga membalas dengan menaikkan tarif minyak mentah AS.

Selain itu, lanjut dia, penguatan dolar AS juga ditopang oleh meningkatnya tekanan jual pada mata uang euro yang disebabkan tingginya ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan pelonggaran moneter serta ketidakpastian kepergian Inggris dari Uni Eropa (Brexit).


Harga Emas Naik Usai AS dan China Saling Berbalas Tarif

Harga jual emas batangan Antam ukuran satu gram dibanderol di harga Rp 599.000 per gram, Jakarta, Senin (10/10). Jumlah itu tidak mengalami perubahan dari harga perdagangan akhir pekan kemarin, yakni Rp 599.000 per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga emas naik pada perdagangan Senin setelah Amerika Serikat (AS) dan China memberlakukan tarif baru. Namun penguatan dolar AS membatasi gerak logam mulia tersebut.

Mengutip CNBC, AS mulai memberlakukan tarif sebesar 15 persen untuk berbagai barang impor dari China pada hari Minggu kemarin. Barang-barang yang dikenakan antara lain alas kaki, jam tangan pintar, dan televisi layar datar.

Hal tersebut dilakukan setelah sebelumnya China menerapkan kenaikan tarif impor 5 persen pada impor minyak mentah AS.

Namun, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kedua belah pihak masih akan bertemu untuk membicaraan mengenai perang dagang ini pada akhir September.

Harga emas di pasar spot naik 0,2 persen ke level USD 1.522,17 per ounce setelah jatuh ke level terendah dalam satu pekan di angka USD 1.517,11 per ounce pada sesi sebelumnya.

Sedangkan harga emas berjangka naik 0,1 persen ke level USD 1.531 per ounce.

"Secara keseluruhan, tidak ada yang terjadi selain fakta bahwa dolar AS lebih kuat. Harga emastidak terlalu banyak bergejolak karena perang tarif ini sudah diantisipasi oleh pelaku pasar," jelas analis ABN Amro Georgette Boele.

"Kami sebenarnya berharap harga emas terkoreksi karena di awal logam mulia itu bergerak terlalu cepat," tambah dia.

Perang dagang, meningkatkan kekhawatiran atas penurunan ekonomi global. Bank Sentral di seluruh dunia harapan untuk penurunan suku bunga. Hal tersebut berkontribusi pada kenaikan harga emas lebih dari USD 100 pada bulan Agustus.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya