Menelusuri Pura Agung Jagat Karana Surabaya

Tempat ibadah yang dapat dijadikan destinasi wisata di Kota Surabaya, Jawa Timur ialah Pura Agung Jagat Karana.

oleh Liputan Enam diperbarui 04 Sep 2019, 04:00 WIB
Pohon Tabebuya di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Instagram @Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Mau jalan-jalan ke tempat yang gak biasa? Mungkin untuk kamu yang penasaran apakah ‘ada’ tempat ibadah yang juga bisa dikunjungi oleh siapa pun dan kapan pun, nah Surabaya punya tempat tujuannya.

Tempat ibadah di Surabaya, Jawa Timur  itu Pura Agung Jagat Karana. Pura yang memiliki luas tanah 7.703 meter persegi ini seringkali dijadikan pusat ibadah, khususnya untuk penganut agama Hindu.

Dikutip dari Buku Jalan-Jalan Surabaya, Enaknya ke Mana? Karya Yusak Anshori dan Adi Kusrianto, Pura Agung ini acapkali menjadi tempat dilangsungkannya beragam agenda keagamaan umat Hindu Surabaya.

Kegiatan tersebut di antaranya Galungan, Kuningan, Saraswati, Melasti, Pecaruan, dan lain sebagainya. Upacara Melasti seperti yang tertulis dalam Wedha, bertujuan untuk angamet sarining amerta ring telenging samudra atau mencari air kehidupan di tengah samudra.

Upacara lainnya yang juga diadakan di Pura ini ialah upacara Tawur ke Sanga atau Mecaru yang dipusatkan di Taman Bungkul. Upacara tersebut bahkan diikuti oleh puluhan pendeta Hindu dan dukun-dukun dari Bromo.

Pada upacara tersebut, rangkaian doanya berisi permohonan kedamaian di dunia dikumandangkan. Inti upacaranya adalah harmonisasi buana agung dan jagat alit.

Ketika itulah, ogoh-ogoh yang sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya mengambil peran besar dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Saka. Ogoh-ogoh tersebut dirancang layaknya rangda, kala sungsang, kala ijo, dan clucuk, kesemuanya itu merupakan simbol kejahatan dan segala sesuatu yang tidak baik di dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Selanjutnya

Anak-anak mengarak Ogoh-Ogoh selama atraksi Karnaval Seni Budaya Lintas Agama di kawasan Jalan Pemuda Semarang, Minggu (25/3). Lima ogoh-ogoh yang didatangkan dari Bali ikut memeriahkan acara ini. (Liputan6.com/Gholib)

Upacara yang menjadi penutup dari rangkaian agenda menyambut Tahun Baru Saka ini diisi oleh dharma santi atau bermaaf-maafan antar umat Hindu. Melansir dari berbagai sumber, Pura Agung Jagat Karana selain sebagai tempat ibadah, juga memiliki daya tarik sebagai objek wisata di Surabaya.

Di sini, pengunjung dapat melihat beragam prosesi peribadatan pada hari besar umat Hindu, Sabtu malam, dan malam bulan purnama. Selanjutnya, pengunjung juga dapat melihat keindahan ornamen pura dan segala perlengkapan ibadah hanya di sekitar gapura depan.

Pengunjung yang tidak melakukan ibadah pun boleh mengunjungi pura ini. Di area depan gerbang pura terdapat Patung Dewi Saraswati, sebuah patung yang menggambarkan sosok wanita yang sangat cantik.

Pura yang dibangun pada 1968 ini memiliki bangunan yang terdiri dari mandala utama (jeroan), mandala madya (jaba tengah), dan mandala nista (jaba luar) dengan sarana persembahyangan berupa tempat pemujaan utama.

Pura Agung Jagat Karana difungsikan sejak 29 November 1969 dengan peresmian yang dilakukan oleh Kepala Staf KODAMAR V Komodor Laut R. Sahiran, lebih tepatnya pada hari Saraswati. Pada 1987, pura mengalami pemugaran selanjutnya pada 20 September 1987 dan diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Timur Wahono yang kala itu masih menjabat. Sedangkan penggunaannya kembali pada 26 September 1987.

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya