Liputan6.com, Jakarta - Tiga perahu karet menyusuri Kali Cipakancilan di Bogor, Jawa Barat, Senin 2 September 2019. Perahu-perahu beriringan berangkat pukul 08.00 WIB dari Pintu Air Kedung Badak, Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Penelusuran oleh anggota BPBD, Satgas Naturalisasi Ciliwung dan aktivis lingkungan ini hingga ke Sungai Kalibaru yang masuk wilayah adminstratif Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program naturalisasi Sungai Ciliwung.
Advertisement
Sejak di titik awal hingga akhir perjalanan selama lebih kurang lima jam berperahu, sebanyak 21 peserta kegiatan langsung disuguhi sampah yang berserak di tepian sungai atau menumpuk membusuk di beberapa titik di kanan-kiri bantaran.
"Diperkirakan dari titik awal sampai akhir perjalanan ada sekitar 100 titik tumpukan sampah di kiri kanan bantaran," ujar Suparno aktivis peduli Ciliwung, Selasa (3/9/2019).
Sampah-sampah itu sungguh merusak pemandangan Kali Cipakancilan hingga Sungai Kalibaru yang masih begitu hijau oleh rimbunnya pepohonan.
Yang paling menyedihkan, di Kampung Jambu Diva, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Sampah menggunung menutupi aliran Sungai Kali Baru.
Para peserta terdiri dari anggota BPBD, Satgas Naturalisasi Ciliwung dan aktivis lingkungan menemukan sampah menggunung menutupi aliran Sungai Kalibaru tepatnya di Kampung Jambu Diva, Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Kantong plastik, popok bayi bekas pakai, styrofoam bekas kemasan buah impor, bungkus makanan instan, satu karung bekas bungkus permen, bungkus kopi, berbagai macam kain, springbed, bangkai anjing, limbah rumah tangga, batok kelapa, pohon tumbang, rumpun bambu longsor, ban bekas, dan begitu banyak ragam sampah lain dijumpai di sana.
"Tumpukan sampah di tengah sungai itu sudah padat. Buktinya kami injakan kaki tidak terperosok. Tadi sempet diukur juga pakai batang bambu tingginya sekitar 2 meter," ungkap Suparno.
Tak hanya di tengah aliran sungai, beragam sampah rumah tangga yang terbungkus plastik dan karung menghiasi sekitar lereng tepi sungai yang tertutup rumpun bambu dan pepohonan lainnya. Bau busuk sangat terasa hingga menusuk hidung.
Menurut Suparno, sampah-sampah itu tertutup bongkahan turap yang longsor di tepi Jalan Cilebut-Bojonggede beberapa bulan lalu. Semakin lama menggunung dan mengeras.
"Air mengalir lewat bawah tumpukan sampah," kata dia.
Perjalanan mengarungi Sungai Kali Baru kemarin pun belum banyak bisa menyumbang solusi atas masalah sampah itu. Namun bagi para peserta, melihat sendiri kondisi dan hasil budaya nyampah dari tubuh sungai, jelas membuka mata.
"Sungguh ironis. Cuma kita hanya bisa melaporkan ke Pemkot atau Pemkab Bogor untuk segera ditangani. Jika sampah tidak segera diangkat, khawatir air meluap dan terjadi banjirserta longsor," kata dia.
Ulah Warga Lain
Terlebih, tebing di tepi sungai yang sempat longsor kini terus tergerus dan membuat badan jalan di Jambu Diva sudah menggantung.
Rahmat (64) warga setempat mengungkapkan, sudah lebih dari enam bulan sampah menggunung di tengah aliran sungai tersebut. Hal itu akibat tertutup bongkahan turap yang longsor beberapa bulan lalu.
"Waktu itu ada yang bangun tempat usaha di bibir sungai, tak lama kemudian turap longsor sampai bangunannya ikut terbawa ke sungai," ujar Rahmat.
Sementara sampah-sampah rumah tangga yang menumpuk di bibir sungai, lanjut Rahmat, merupakan ulah warga dari luar Kampung Jambu Diva. Mereka membuang sampah sambil melintas menggunakan sepeda motor.
"Kalau di wilayah kami ada petugas kebersihan. Kita bayar iuran sampah Rp 25 ribu per bulan," kata dia.
Rahmat mengaku sangat terganggu dengan keberadaan sampah siluman itu. Selain mengeluarkan bau busuk juga dikhawatirkan mengundang penyakit.
Masyarakat sekitar sempat menemukan dan menegur beberapa orang yang hendak membuang sampah di sana. Namun upaya masyarakat tak digubris, warga luar masih tetap saja membuang sampah ke bibir sungai yang berada tepat di ujung jalan.
"Tapi sekarang mereka buang ngumpet-ngumpet. Lebih banyak sih pagi buta saat berangkat kerja atau malam hari," terang pemilik warung di pinggir jalan ini.
Warga berharap Pemkab Bogor segera mengangkut tumpukan sampah sekitar aliran sungai itu dan menyiagakan satuan petugas untuk menindak tegas bagi siapapun yang membuang sampah sembarangan khsusus ke sungai.
"Memang sudah seharusnya ada polisi sampah buat mereka jera. Kalau didiemin bakal enggak ada perubahan," ucapnya.
Dari hasil penelusuran, sampah yang menumpuk di bantaran Sungai Kali Baru di antaranya berasal dari para pedagang buah di sekitar Stasiun Cilebut dan sekitarnya. Sebab, di aliran sungai itu banyak ditemukan styrofoam bekas kemasan buah impor dan batok kelapa.
Advertisement