Lukaku Dilecehkan, Presiden Cagliari: Penutupan Curva Bukan Jawaban

Lukaku dilecehkan saat Inter Milan bertandang ke Cagliari di Sardegna Arena. Sebelumnya, fans Cagliari juga terlibat nyanyian rasis pada Sulley Muntari.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 04 Sep 2019, 13:20 WIB
Striker anyar Inter Milan, Romelu Lukaku. (AP Photo/Luca Bruno)

Liputan6.com, Milan - Presiden Cagliari, Tommaso Giulini, mengatakan penutupan curva bukanlah jawaban untuk mengakhiri rasisme di Serie A. Giulini menyatakan ini untuk menanggapi kejadian yang menimpa bintang Inter Milan, Romelu Lukaku, yang menjadi sasaran ejekan bernada rasis.

Lukaku dilecehkan saat berlangsung laga Inter Milan kontra Cagliari di Sardegna Arena, Minggu lalu. Insiden itu terjadi ketika Lukaku mengeksekusi penalti di babak kedua, dan membawa kemenangan Inter.

Aksi fans Cagliari ini memicu kecaman dari berbagai pihak. Sebelumnya, mereka juga terlibat nyanyian rasis yang diarahkan ke Sulley Muntari (2017), gelandang Juventus Blaise Matuidi (2018) dan mantan Pemain depan Juventus Moise Kean (2019).

Namun, sebaliknya pendukung Inter Curva Nord menyatakan dugaan pelecehan terhadap Lukaku dari penggemar Cagliari bukanlah rasis tetapi "suatu bentuk penghormatan".Mereka menyebut apa yang dilakukan suporter I Rossoblu adalah hal wajar yang terjadi di sepak bola Italia.

Di tengah meningkatnya seruan kepada otoritas Italia untuk memberantas rasisme dan sanksi pada Cagliari, Giulini mengatakan kepada Radio Popolare. "Cagliari sama sekali bukan kota rasis. Saya sangat menyesal bahwa citra kami juga telah menyebar ke luar negeri," katanya.


Bukan Solusi

Romelu Lukaku jadi korban rasisme di kandang Cagliari saat Inter Milan petik kemenangan (AP/Luca Bruno)

"Saya harap kami tidak dilarang [sanksi]. Menutup curva bukanlah jawabannya: seperti yang saya katakan sebelumnya, suporter harus dibuat sadar," ujar Giulini.

"Akan tetapi, aku tidak akan mengesampingkan, bahwa salah satu kamera mengidentifikasi seseorang yang sedang menyanyi. Begitu mereka dikenali, orang-orang ini dapat ditolak masuk jika mereka mencoba memasuki kembali stadion."


Harus Dihentikan

Di tempat lain, mantan gelandang Pescara, Marco Verratti - yang sekarang bermain untuk juara Ligue 1 Paris Saint-Germain - mengatakan pertandingan harus dihentikan jika terjadi rasisme.

"Anda harus menghentikan permainan karena kalau tidak kami tidak akan pergi ke mana pun," kata pemain internasional Italia itu kepada Rai Sport.

"Saya tahu ini langkah besar yang harus diambil, tetapi kami harus melakukannya karena kalau tidak, 4-5 orang bodoh itu akan selalu ada di sana."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya