Liputan6.com, Jakarta Bursa transfer Eropa sudah berakhir pada 2 September 2019 lalu. Sejak jendela transfer dibuka 1 Juli, klub memiliki waktu dua bulan untuk menyelesaikan transaksi pemain.
Jendela transfer memberi klub peluang yang cukup untuk memperkuat area kelemahan, serta melepas pemain yang tidak diinginkan. Meski harga di bursa transfer saat ini mungkin sangat meningkat.
Advertisement
Setelah bursa transfer ditutup, klub harus puas dengan apa yang mereka miliki sampai kesempatan lain muncul ketika jendela musim dingin dibuka pada bulan Januari.
Ada klub yang melakukan bisnis yang luar biasa selama musim panas. Tapi, ada juga tim yang dianggap tidak memanfaatkan peluang ini dengan baik.
Setidaknya ada tiga klub yang memiliki bisnis terburuk selama bursa transfer musim panas. Ini jika dinilai dari uang yang dihabiskan, keberhasilan menjual pemain yang tidak diinginkan, memperkuat area utama dan mengakuisisi target yang diidentifikasi.
Chelsea
Chelsea ada dalam daftar ini bukan karena kesalahan sendiri. Ini akibat larangan transfer yang diberikan kepada mereka oleh FIFA, yang berarti bahwa The Blues tidak dapat membeli pemain baru selama jendela.
Satu-satunya tambahan baru untuk tim adalah Christian Pulisic dan Mateo Kovacic yang terdaftar sebelum larangan transfer. Sementara, sejumlah pemain pinjaman harus ditarik kembali.
Hasilnya manajer baru Frank Lampard tiba di pekerjaan barunya dalam kondisi yang kurang ideal. Terlebih penjualan Eden Hazard membuat pekerjaan yang sudah sulit menjadi jauh lebih sulit.
Eden Hazard adalah salah satu pemain terbaik di dunia, dan selama tujuh tahun terakhir sudah membuktikan kegigihannya dengan klub London ini. Hal ini jadi alasan utama mengapa Chelsea meraih sedikit kesuksesan musim lalu.
Fakta bahwa Chelsea tidak mampu mengatasi kekurangan ini berarti bahwa mereka harus berjuang kerasa selama musim ini.
Advertisement
Real Madrid
Dengan lebih dari 300 juta euro yang dihabiskan untuk pendatang baru selama musim panas ini, tampaknya agak menggelikan untuk menunjukkan bahwa Real Madrid memiliki jendela transfer yang buruk.
Los Blancos memiliki musim yang cemerlang musim lalu, dan Zidane kemudian dibawa kembali untuk menyelamatkan kapal yang tenggelam dengan janji bertanggung jawab atas transaksi transfer.
Real Madrid membuat terobosan besar di pasar, dengan mendatangkan lima pemain baru sebelum pertengahan Juli. Tapi, di sisi lain secara eksplisit Zidane berkeinginan untuk melihat beberapa pemain, terutama Gareth Bale, meninggalkan klub.
Namun, presiden klub Florentino Perez selalu menjadi penggemar mantan pemain Tottenham itu. Kegagalan Real Madrid untuk menurunkan pemain termasuk Bale dan Rodriguez memiliki konsekuensi lain, karena klub gagal dalam mengejar target kunci lain yaitu Paul Pogba, gara-gara tidak ada dana.
Juventus
Juventus melakukan salah satu kudeta utama musim panas dengan merekrut Matthijs de Ligt. Pemain in sangat diminati hampir setiap klub top Eropa lainnya.
Namun, pembelian pemain internasional Belanda senilai 75 juta euro itu agak pahit, dengan berita tentang potensi cedera Giorgio Chiellini. Pasalnya, pemain 19 tahun ini, masih memiliki banyak hal untuk diperbaiki.
De Ligt tidak memiliki ketenangan seperti yang dilakukan kapten Juventus, dan itu dibuktikan dengan kesalahannya dalam pertandingan melawan Napoli.
Di lini depan, Moise Kean, yang merupakan salah satu talenta paling cemerlang di Italia diizinkan untuk pergi. Dan, fakta bahwa Juventus menjualnya ke Everton dengan jumlah kecil 32 juta euro dinilai cukup membingungkan.
Remaja itu dibiarkan pergi dengan harapan bahwa raksasa Turin ini bisa mendapatkan striker dengan nama besar. Tapi pengejaran mereka terhadap Romelu Lukaku gagal setelah Paulo Dybala dikabarkan memilih untuk tidak pergi ke klub lain.
Advertisement