Liputan6.com, Hong Kong RUU Ekstradisi yang digulirkan pemerintah Hong Kong telah memicu demonstrasi berkepanjangan hingga berujung kerusuhan. Untuk meredam protes, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam akhirnya secara resmi mencabut RUU Ekstradisi itu.
Pidato pencabutan tersebut disampaikan Lam setelah pertemuan tertutup dengan anggota parlemen pro-pemerintah pada Rabu (4/9/2019) malam.
Advertisement
"Pemerintah akan secara resmi mencabut RUU itu untuk sepenuhnya melenyapkan kekhawatiran publik," kata Lam seperti dilansir TIME.
Rancangan undang-undang ekstradisi memungkinkan orang yang melakukan kejahatan diekstradisi ke China daratan untuk menjalani pengadilan di bawah pengaruh Partai Komunis. RUU ini lahir setelah mencuatnya kasus pembunuhan warga Hong Kong yang terjadi di Taiwan, namun pelakunya tak bisa diadili sesuai hukum di Taiwan karena tak ada aturan ekstradisi.
Pencabutan sepenuhnya terhadap RUU Ekstradisi ini menjadi salah satu tuntutan utama demonstran yang sudah turun ke jalan selama 14 minggu. Mereka menolak RUU itu karena khawatir akan digunakan sebagai alat politik untuk menyingkirkan aktivis yang tidak pro terhadap China.
Sejak protes semakin meluas, tuntutan demonstran semakin banyak, termasuk penyelidikan independen tentang kebrutalan polisi yang dirasakan dan pemilihan langsung untuk para pemimpin kota.
"Saya menyadari bahwa ini mungkin tidak dapat mengatasi semua keluhan orang-orang," kata Lam.
Samson Yuen, asisten profesor ilmu politik di Universitas Lingnan Hong Kong, mengatakan, pencabutan RUU ini akan sedikit mengurangi kekerasan di jalanan, tetapi tidak akan membuat orang berhenti turun ke jalan.
Dalam jangka menengah, demonstrasi di Hong Kong kemungkinan akan berlanjut, dilihat dari tuntuan demonstran yang sudah terlanjur meluas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Carrie Lam Tak Mau Mundur
Carrie Lam mengatakan dia tidak pernah berniat untuk mengundurkan diri.
Penegasan itu mengemuka untuk membantah beredarnya bocoran info berupa rekaman audio yang mengindikasikan bahwa Lam akan mundur dari kursinya.
Pada konferensi pers pada Selasa 3 September 2019, dia mengatakan dirinya "tidak pernah mengajukan pengunduran diri" kepada pemerintah China.
Lam menanggapi kabar tentang sebuah bocoran rekaman pertemuan pribadi pada Senin 2 September, di mana dia terdengar mengatakan akan mengundurkan diri jika dia bisa, demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (3/9/2019).
Meski demikian, sang kepala eksekutif tidak membantah keaslian audio yang diterbitkan oleh kantor berita Reuters kemarin.
Dalam rekaman itu, dia terdengar menyalahkan dirinya sendiri karena memicu krisis politik di Hong Kong, mengatakan bahwa dia tidak bisa dimaafkan telah menyebabkan kekacauan besar seperti itu.
"Jika saya punya pilihan, hal pertama adalah berhenti, setelah membuat permintaan maaf yang dalam, dan kemudian mundur," kata suara dalam rekaman yang diduga sebagai Lam.
Pada konferensi pers pada Selasa, pemimpin Hong Kong itu mengatakan, "sama sekali tidak dapat diterima" bahwa pernyataannya yang dibuat secara pribadi telah direkam dan disebarluaskan oleh media.
Advertisement