Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) Balikpapan mencatat potensi besar ekspor dari produk pertanian Sarang Burung Walet (SBW) asal Kalimantan Timur (Kaltim).
"Potensinya sangat besar, namun karena belum memenuhi persyaratan ekspor maka SBW Kaltim masih diperjualbelikan domestik," kata Kepala Barantan Ali Jamil dalam keterangan resminya, Kamis (5/9/2019).
Berdasarkan data sistem otomasi perkarantinaan IQFAST di wilayah kerja Karantina Pertanian Balikpapan, jumlah ekspor SBW pada 2018 mencapai 167 ton. Sementara selama Januari hingga Agustus 2019 telah tercatat sebanyak 129 ton, atau 77 persen dari total tahun sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Lebih lanjut, Jamil menyampaikan, penjualan Sarang Burung Walet asal Kaltim saat ini sudah tersebar di ranah domestik, seperti ke Semarang, Surabaya, Tanggerang, Jakarta, Medan, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Batam, Yogyakarta, Bali, Tarakan, Lampung, Palangkaraya, dan Makassar.
Dia meneruskan, SBW ini kemudian bisa diolah untuk dapat diekspor ke berbagai negara. "Pelaku usaha SBW di Kaltim belum mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha agribisnis ini. Harganya pasti jauh sekali dibandingkan dapat langsung ekspor," sambungnya.
"Kita lakukan bersama, beri dukungan dari aspek produksi dan teknis ekspor agar dapat masuk pasar global. Pemda beri dukungan kebijakan yang menarik untuk investasi. Insentif khusus, agar industri SBW Kaltim dapat tumbuh dan berkembang," dia menambahkan.
Menurutnya, selain dapat menyerap banyak tenaga kerja dan nilai tambah bagi petani Sarang Burung Walet, investasi ini dapat menjadi sumber pendapatan daerah, dan berdampak secara multiplier efect bagi kesejahteraan masyarakat banyak.
Sementara itu, Kepala Barantan Balikpapan Abdul Rahman menjelaskan, produk SBW harus memiliki sertifikat untuk dapat memasuki pasar ekspor, seperti China yang mewajibkan sertifikasi dari CNCA atau Badan Sertifikasi dan Adminitrasi Akreditasi Cina.
Tak hanya itu, ia melanjutkan, produk SBW juga harus memenuhi tiga syarat utama, yakni memiliki dokumen ketelusuran, kandungan nitrit <30 ppm, dan harus melalui proses pemanasan 70 derajat celcius selama 3,5 detik.
"Jika hal ini sudah dapat memenuhi persyaratan teknis ini, maka dapat dipastikan produk SBW Kaltim dapat juga diterima di pasar ekspor negara lain seperti Amerika Serikat, Hongkong, Korea Selatan, dan lainnya yang lebih longgar dari Cina aturannya," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jokowi Minta China Permudah Ekspor Sarang Burung Walet RI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan bilateral yang digelar di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pasific Economi Cooperation (APEC) di Port Moresby, Papua Nugini.
Kedua kepala negara kemudian membahas beberapa hal terkait hubungan kedua negara. Dalam bidang perdagangan, Jokowi berharap Indonesia dan China dapat bekerja sama mengatasi defisit perdagangan kedua negara melalui berbagai cara, antara lain kemudahan bagi impor buah tropis seperti nanas segar, buah naga, alpukat, rambutan, mangga, pisang, dan durian.
"Kemudahan bagi impor sarang burung walet asal Indonesia," ujar dia di Port Moresby, Papua Nugini, Sabtu (17/11/2018).
Jokowi berharap keberlanjutan impor kelapa sawit dan produk turunannya, termasuk kerja sama pengembangan biodiesel seperti biofuel B5, B20 dan replantasi kelapa sawit.
Selain itu, dia ingin agar China tidak menerapkan kuota atau anti-dumping untuk produk manufaktur Indonesia seperti besi baja.
"Saya juga harap Yang Mulia dapat mendorong wisatawan RRT untuk berkunjung ke Indonesia khususnya ke Bali dan 10 Bali baru," ungkap dia.
Kedua Kepala Negara juga membahas mengenai kerja sama di bidang investasi, termasuk untuk mengembangkan industri 4.0.
Dalam pertemuan bilateral ini, Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Duta Besar LBBP RI untuk Papua Nugini Ronald J.P. Manik, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya, dan Staf Khusus Presiden Adita Irawati.
Advertisement