Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghadiri pertemuan tingkat menteri dan sejumlah pertemuan bilateral pada Forum Irigasi Dunia ke-3 dan Pertemuan Dewan Eksekutif Internasional ke-70 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 1-7 September 2019.
Dalam pertemuan tersebut, kerjasama baru di bidang sumber daya air dijajaki, sementara kerjasama yang sedang berjalan dievaluasi agar dapat mencapai target.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan, prioritas Kementerian PUPR ke depan ditekankan pada maksimalisasi operasional bendungan yang sudah ada, penyelesaian bendungan yang belum diselesaikan pembangunannya, dan pemanfaatannya untuk suplai air dan irigasi.
Baca Juga
Advertisement
Untuk itu, terdapat tiga proyek yang dapat dijajaki bersama. Pertama yakni pengembangan dan manajemen irigasi, terdiri dari revitalisasi irigasi air bawah tanah dan teknik irigasi untuk pengembangan lahan rawa. Sementara proyek kedua yang dijajaki adalah penyediaan serta manajemen suplai air baku, dan ketiga manajemen infrastruktur sumber daya air.
"Meski irigasi rawa sudah dilakukan operasi dan pemeliharaan, namun diperlukan untuk dilakukan rehabilitasi sehingga tidak rusak dan pelayanannya meningkat," jelas Hari dalam sebuah keterangan tertulis, Kamis (5/9/2019).
Adapun dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Sumber Daya Air China, Tian Xuebin, membahas kerjasama pembangunan 4 bendungan, yakni Jenelata di Sulawesi Selatan, Riam Kiwa di Kalimantan Selatan, Pelosika di Sulawesi Tenggara, dan Lambakan di Kalimantan Timur. Pemerintah China memberikan hibah untuk persiapan pembangunannya yakni pembuatan Engineering Services (ES).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pembangunan Bendungan
ES untuk Bendungan Jenelata dan Riam Kiwa ditargetkan dapat selesai akhir 2019. Sementara untuk ES Bendungan Pelosika, Kementerian PUPR meminta agar dapat disepakati segera.
Hal ini karena pembanguan Bendungan Pelosika diperlukan sebagai sistem pengendalian banjir di Kabupaten Konawe yang beberapa waktu lalu mengalami banjir besar.
"Apabila persetujuan membutuhkan waktu lama maka akan dibangun menggunakan dana APBN, mengingat pentingnya kehadiran bendungan tersebut," ujar Hari.
Pertemuan juga dilakukan perwakilan dari Korea Selatan, yang telah terlibat dalam sejumlah proyek infrastruktur sumber daya air di Indonesia. Salah satu proyek yang sedang berjalan adalah pembangunan Bendungan Karian di Lebak, Banten, dengan progres terkini mencapai 55 persen.
Selain itu, Korea Selatan bersama Belanda juga terlibat dalam Proyek National Capital Coastal Development (NCICD). Proyek NCICD dibagi menjadi dua tahap, dimana tahap pertama terdiri dari fase 1-3 dan tahap 2 terdiri dari fase 4-7 yang sekarang sedang berjalan.
"Korea Selatan terlibat membantu Indonesia melakukan review masterplan penanganan Teluk Jakarta yakni tanggulnya, dan ditargetkan selesai Juni 2020," kata Hari. Pada bidang irigasi, Indonesia dan Korea Selatan juga akan bekerjasama dalam Urgent Rehabilitation Strategic Irrigation Project (URSIP) di Jawa Barat dan Lampung dengan anggaran USD 98 juta. Kerjasama dengan Korea Selatan juga dilakukan dalam pembangunan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap.
Advertisement