Liputan6.com, Jakarta Timnas Indonesia kembali bersua musuh abadi Timnas Malaysia. Kedua negara dipertemukan pada babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia yang akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Di era berkibarnya media sosial saat ini, hawa rivalitas kedua negara serumpun semakin terasa. Perang kata-kata antarsuporter di berbagai platform pun seakan tidak berujung. Saling ejek antarsuporter bahkan sudah berlangsung sebelum laga berlangsung. Dan biasanya, 'pertempuran' di dunia maya tetap berlanjut setelah pertarungan selesai.
Advertisement
Sebagian kaum warganet dari Indonesia sebenarnya tidak terlalu perduli apakah tim Merah Putih bisa lolos ke Piala Dunia 2022 yang berlangsung di Qatar. Sebab perjalanan menuju ke babak utama turnamen sepak bola terakbar sejagad itu masih terlalu jauh dan berliku.
Melihat grup G yang dihuni negara-negara seperti Uni Emirat Arab (UEA), Thailand, Vietnam, dan Malaysia, lolos ke putaran ketiga dan tampil di Piala Asia 2023 saja sudah luar biasa.
Satu hal yang bakal jadi urusan personal bagi warganet adalah duel melawan Malaysia. Bisa kalah dengan negara lain, tapi jangan sampai dipermalukan Malaysia di kandang sendiri.
Namun lupakan sejenak pertikaian ala netizen ini. Pertandingan Timnas Indonesia vs Malaysia sebenarnya tidak berbeda dengan laga-laga lainnya. Adu strategi, taktik, dan komposisi pemain, masih jadi elemen utama dalam memenangkan pertarungan sore nanti.
Nah untuk urusan yang satu ini, peran pelatih tentu sangat sentral. Dan seperti apa sepak terjang masing-masing pelatih, simak penjelasannya pada halaman berikutnya:
Tan Cheng Hoe
Bagi yang telah merasakan pahitnya kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 lalu, tidak akan melupakan sosok Rajagobal Krishnasamy. Pelatih yang disebut-sebut sebagai Arsene Wenger Malaysia itu merupakan sosok penting di balik keberhasilan skuat Harimau Malaya mengubur mimpi Tim Merah Putih dalam mengakhiri paceklik gelar.
Kalah 1-5 di babak penyisihan, Timnas Malaysia yang ditangani Rajagobal mampu mengalahkan Timnas Indonesia di babak final dengan agregat 4-2 (3-0, 1-2).
Nah, Tan Cheng Hoe adalah tangan kanan Rajagobal saat itu. Tidak muncul ke permukaan, tapi perannya sebagai asisten pelatih sangat membantu Rajagobal dalam meramu strategi.
Tidak hanya di level senior, keduanya sudah bekerjasama sejak 2004, saat Rajagobal masih menangani Malaysia U-19, Harimau Muda A, dan Timnas Malaysia U-23. Di level ini, kolaborasi keduanya juga ciamik. Ini terbukti lewat keberhasilan mereka meraih melaju ke babak perempat final AFC Youth Championship 2004 dan merebut emas SEA Games 2009.
Saat Rajagobal menepi dari timnas Malaysia, Cheng Hoe juga ikut lengser. Dia menolak saat Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) memintanya naik pangkat menangani timnas senior. Saat itu, Cheng Hoe lebih tertarik menangani Kedah meski sikap ini sempat menuai kritik.
Dia berhasil membawa Kedah menjuarai Liga Primer Malaysia dan promosi ke Super League. Atas prestasi ini, Cheng Hoe pun didaulat sebagai M-League’s Best Coach of the Year.
Namanya kembali ke skuat timnas Malaysia pada tahun 2017. Namun posisinya tetap sebagai asisten pelatih. Kala itu dia tidak berkolabirasi dengan pelatih asal Portugal, Nelo Vingada. Cheng Hoe baru naik jabatan sebagai pelatih kepala tujuh bulan kemudian. FAM memintanya untuk menggantikan posisi Vingada yang memilih mengundurkan diri.
Saat itu, Cheng Hoe sadar tim yang ditanganinya tidak sekuat tujuh tahun lalu. Bahkan dia tidak ragu mengatakan kepada Fox Sports, Malaysia sebagai underdog di Piala AFF 2018. Meski demikian, Cheng Hoe masih mampu membawa Harimau Malaya ke babak final usai mengalahkan pemegang lima gelar Piala AFF, Thailand di babak semifinal.
Di final, Malaysia akhirnya kalah dari Vietnam dengan agregat 4-5. Sejak menjabat sebagai pelatih Timnas Malaysia, rekor laga Cheng Ho, 11 kali menang, 4 kali kalah, dan 1 seri.
Advertisement
Simon McMenemy
Meski berasal dari Skotlandia, nama Simon McMenemy sudah tidak asing bagi penggemar sepak bola Indonesia. Bukan karena sosoknya pernah viral lewat foto mesra bersama model cantik Rahma Azhari, tapi lebih kepada sepak terjangnya di sepak bola Indonesia.
McMenemy mulai dikenal publik Indonesia ketika masih menukangi Timnas Filipina pada Piala AFF 2010. Ketika itu, Simon mengubah The Azkals, dari tim semenjana menjadi Kuda Hitam yang layak diperhitungkan. Di tangan Simon McMenemy, timnas Filipina untuk pertama kali dalam sejarah berhasil melaju hingga ke babak semifinal Piala AFF 2019.
Hanya setahun berselang, McMenemy kembali lagi ke Tanah Air. Dia ditunjuk menangani Mitra Kukar (2011-12) dan Pelita Bandung Raya (2012). Namun yang membuat namanya melambung adalah ketika dipercaya menangani Bhayangkara FC pada 2017 lalu. Bersama The Guardians, McMenemy berhasil mempersembahkan gelar Liga 1 2017.
Gelar yang membuat dirinya juga dapat gelar pribadi sebagai Pelatih Terbaik Liga 1 2017.
Pada 2019, Simon McMenemy menerima pinangan PSSI untuk menukangi Timnas Indonesia. Dalam kontraknya, Simon dipercaya memimpin Pasukan Garuda sampai Desember 2020.
Di bawah kendali Simon McMenemy, Timnas Indonesia belum banyak teruji. Sejauh ini, Tim Merah Putih baru meraih dua kemenangan dan sekali kalah dalam laga persahabatan. Timnas Indonesia tercatat mencetak 9 gol dan kebobolan 4 kali dalam tiga laga tersebut.
Dengan pengalaman yang didapat selama menangani klub-klub di Indonesia, semoga McMenemy mampu meracik strategi ciamik bagi timnas Indonesia, paling tidak saat berhadapan dengan Timnas Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sore nanti.
Saksikan juga video menarik di bawah ini: