Pemkot Surabaya Buka Peluang Sama bagi Semua Warga yang Mau Berhasil

Selain dikenal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya juga dikenal sebagai kota multi-kultural. Beragam etnis hidup berdampingan dengan harmoni.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Sep 2019, 22:00 WIB
Kabag Humas Pemkot Surabaya M Fikser (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Surabaya menjamin ada kesetaraan dan membuka peluang  sama bagi warga asli serta pendatang yang ingin berhasil di Kota Pahlawan ini.

"Peluang untuk sama-sama belajar dan berkembang di sini sangat terbuka lebar. Pemkot telah memfasilitasi semua yang punya keinginan untuk maju dan hidup lebih baik. Melalui berbagai pelatihan yang disediakan," kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya, M. Fikser di Surabaya, Kamis (5/9/2019), dilansir Antara.

Menurut pejabat asal Serui, Papua ini, selain menyandang predikat sebagai Kota Pahlawan yang sarat nuansa historis, Surabaya juga dikenal sebagai kota multi-kultural. Beragam etnis hidup berdampingan dengan harmoni.

Keragaman itulah yang membentuk karakter Surabaya sebagai kota yang tolerans dan menjadikan wilayah ini sebagai rumah bersama, rumah untuk semua. Sejak era kerajaan, lanjut dia, masa kolonial hingga pascakemerdekaan, Surabaya selalu memegang peranan sebagai kota pelabuhan.

Tak heran banyak pendatang dari daerah atau negara lain yang singgah, bahkan kemudian menetap. "Sejak zaman dahulu hingga sekarang, warga Surabaya memang sudah terbiasa dengan keberagaman penduduk," ujar dia.

Fikser mengatakan, di Surabaya, segala macam etnis, suku atau ras bisa dijumpai, mulai dari suku Jawa, Batak, Karo, Papua, Madura, Dayak, Bugis, dan seterusnya. Juga ada komunitas masyarakat Tionghoa, Arab, India, hingga Korea.

Setiap tahun, mereka selalu diberikan ruang untuk ikut menyemarakan agenda Parade Surabaya Vaganza dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya. Sebab, Pemkot Surabaya menyadari keberagaman merupakan fondasi yang kuat bagi kota ini untuk terus bergerak maju.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Libatkan Warga

Surabaya Cross Culture International 2019 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Bahkan, kata dia, Pemkot Surabaya acapkali memberikan kesempatan berbagai budaya untuk tampil di kegiatan besar. Sebut saja Cross Culture Festival alias Festival Seni Lintas Budaya yang digelar setiap tahun. Acara tersebut merupakan ajang memperkenalkan tampilan budaya dari dalam dan luar negeri.

"Agenda welcome dinner juga menjadi ajang unjuk budaya. Dalam beberapa kesempatan, pemkot menampilkan ragam tarian khas Surabaya hingga tarian asal Papua. Ini merupakan bukti bahwa Surabaya menghargai keberagaman dan kesetaraan," ujar Fikser.

Selain itu, Surabaya juga terbuka di bidang ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tercatat beberapa kali Surabaya kedatangan rombongan tamu dari Papua. Tujuannya, untuk mengikuti ragam pelatihan yang disediakan pemkot, di antaranya pelatihan kuliner, sepatu, kerajinan tangan, dan sebagainya.

Ada pula Co-Working Space KORIDOR yang selalu terbuka bagi siapa saja. Para pemuda Papua juga pernah menimba ilmu cara berbisnis dengan memanfaatkan media sosial di tempat ini.


Tanggapan Masyarakat

Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Peter Frans Rumaseb mengatakan Surabaya adalah tempat yang nyaman ditinggali oleh siapa pun, baik warga asli maupun pendatang.

"Itu sangat terlihat sekali dalam kehidupan sehari-hari. Kota ini memberikan peluang yang sama bagi semua orang yang punya tekad untuk sukses," ujar dia. Hal sama juga dikatakan Ketua Komunitas Tionghoa Surabaya, Chandra Wurianto Woo. Ia mengatakan semua warga yang tinggal di Surabaya saling menghormati.

"Kita buktikan di acara-acara seperti Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) kita bersatu terus, semoga kerukunan ini bisa jalan terus sampai akhir," tutur dia.

Anggota Perkumpulan Suku Karo di Surabaya, Murphin Josua Sembiring mengatakan Kota Surabaya sudah menjadi tempat berkumpulnya seluruh marga Suku Karo yang tinggal di beberapa kabupaten/kota di sekitar Surabaya.

"Kami merasa nyaman di sini sehingga rutin setiap beberapa bulan kami mengadakan pertemuan untuk mengenang desa kami," ujar dia.

Anggota Komunitas Arab di Ampel, Surabaya, Abdullah Muhammad Al Batati mengatakan di kawasan Ampel terdapat tiga komunitas besar, yakni Arab, Jawa dan Madura. Selama ini, belum pernah ada benturan antar komunal dari berbagai suku bangsa yang berbeda itu. "Walaupun berbeda suku bangsa dan agama, tapi semua saling menghormati satu sama lain," katanya.

Ketua Umum Kerukunan Keluarga Kawanua Surabaya, Noufry Rondonuwu, mengatakan toleransi yang ada di Surabaya sangat tinggi. "Sebagaimana kami di Minahasa, Sulawesi Utara. Persaudaraan yang kami bangun tidak melihat budaya, suku atau agama dari setiap orang," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya