Korban Meninggal Dunia Akibat Penyakit Terkait Vape di AS Bertambah

Vape kembali memakan korban, kali ini pasien yang meninggal dunia berada di Oregon, Amerika Serikat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Sep 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Satu lagi pasien yang terkena penyakit paru-paru akibat kebiasaan mengisap vape meninggal dunia. Orang tersebut menjadi yang kedua dalam kasus yang saat ini sedang heboh di Amerika Serikat.

Oregon Health Authority (OHA) menyatakan bahwa pasien, yang usia dan jenis kelaminnya tidak diungkap, memiliki gejala yang mirip dengan korban vape lainnya yaitu sesak napas, batuk, nyeri dada, muntah, diare, kelelahan, demam, hingga turun berat badan.

Selain itu, mengutip Live Science pada Jumat (6/9/2019), pasien juga ditemukan menggunakan rokok elektrik yang berisi ganja. Meski begitu, belum jelas tentang penyebab sesungguhnya dari penyakit tersebut.

"Kami belum tahu penyebab pasti penyakit ini, apakah disebabkan oleh kontaminan, bahan dalam cairan atau sesuatu yang lain seperti perangkat itu sendiri," kata Ann Thomas dari divisi kesehatan masyarakat OHA seperti dikutip dari laman resmi mereka.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Kematian Pertama di Dunia

Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Sebelumnya, Amerika Serikat bulan Juli lalu mengumumkan kematian pertama terkait dengan kebiasaan mengisap vape. Kasus itu bahkan disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.

Mengutip The Sun, otoritas setempat tidak membeberkan identitas pria ini secara rinci. Namun, dia diketahui tinggal di Illinois dan berusia 17 hingga 38 tahun ketika meninggal.

"Kematian tragis di Illinois menegaskan risiko serius terkait dengan produk rokok elektrik," kata Robert Redfield, direktur dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) terkait kasus itu.

Saat ini, lebih dari 200 kasus penyakit pernapasan ditemukan di 25 negara bagian Amerika Serikat. Kejadian yang juga meningkatkan kewaspadaan dunia akan penggunaan rokok elektrik ini, sebagian besar menyerang kelompok remaja dan dewasa muda.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya