Kucing Peliharaan Mati, Jutawan Pilih Mengkloningnya Sebesar Rp 494 Juta

Seorang pria memilih untuk mengkloning kucing peliharaannya yang telah mati.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 06 Sep 2019, 12:00 WIB
Gambar pada 2 September 2019 memperlihatkan staf menggendong anak kucing hasil kloning bernama Garlic di perusahaan Sinogene di Beijing. lmuwan China amat antusias atas keberhasilan kloningan anak kucing ini karena mereka berharap selanjutnya bisa mengkloning panda. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria memilih untuk mengkloning kucing peliharaannya yang telah mati. Huang Yu patah hati setelah kucing kesayangannya, Garlic, mati.

Berjam-jam kemudian, setelah menguburkan kucingnya di taman dekat rumah, ia mengingat sebuah artikel yang ia baca tentang kloning anjing di Tiongkok. Pengusaha berusia 22 tahun itu kemudian kembali menggali bangkai Garlic dan meletakkannya di lemari es untuk persiapan di kloning.

"Bagiku, Garlic tak tergantikan. Ia tak meninggalkan apapun untuk generasi masa depan, jadi aku memilih untuk mengkloningnya," ungkap Huang seperti dilaporkan oleh The Straits Times.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Selanjutnya

Gambar pada 2 September 2019 memperlihatkan anak kucing hasil kloning bernama Garlic di perusahaan China, Sinogene, di Beijing. Perusahaan Sinogene memasang tarif 250.000 yuan atau sekitar Rp500 juta untuk mengkloning Garlic yang baru lahir pada 21 Juli lalu tersebut. (STR/AFP)

Huang kemudian membawa kucingnya yang telah mati itu ke Sinogene, sebuah perusahaan kloning hewan peliharaan komersial yang berbasis di Beijing. Setelah merogoh kocek US$ 35.000 atau sekitar Rp 494 juta dan tujuh bulan menunggu, Huang mendapatkan Garlic kembali. Ini kemudian diklaim sebagai kucing kloning pertama di Cina.

Kloning hewan peliharaan tidak dibatasi di Tiongkok. Tapi, Garlic adalah kucing pertama yang dikloning oleh China. Ini memperkuat posisi negara itu di antara negara-negara yang pernah melakukan kloning seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.

 


Selanjutnya

Gambar pada 2 September 2019 memperlihatkan anak kucing hasil kloning bernama Garlic di perusahaan Sinogene di Beijing. Dengan hasil ini, Sinogene menjadi perusahaan berbasis di China yang berhasil menciptakan kucing kloning untuk pertama kalinya. (STR/AFP)

Kepala Eksekutif Sinogene Mi Jidong mengatakan perusahaan memutuskan untuk mulai mengkloning hewan peliharaan pada tahun 2015 setelah melakukan survei sekitar 1.000 orang yang mengajukan permintaan tersebut. Perusahaan itu telah mengkloning lebih dari 40 ekor anjing dengan biaya masing-masin sekitar US$ 53.000 atau lebih dari Rp 748 juta, beberapa hewan peliharaan dan yang lainnya untuk penelitian medis.

 


Selanjutnya

Gambar pada 2 September 2019 memperlihatkan anak kucing hasil kloning bernama Garlic di perusahaan China, Sinogene, di Beijing. Untuk mengkloning hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, Sinogene memasang tarif 250 ribu hingga 380 ribu yuan. (STR/AFP)

Pengetahuan genetika Tiongkok berkembang pesat. Sejak para ilmuwan Cina mengkloning seekor kambing betina pada tahun 2.000, hingga kini mereka telah berhasil memproduksi klon primata pertama di dunia, mengedit embrio monyet untuk memasukkan gen yang terkait dengan autisme dan penyakit mental, serta menciptakan anjing super kuat. Tahun lalu, negara itu bahkan mengejutkan dunia setelah seorang ilmuwan mengumumkan bahwa ia telah menciptakan bayi yang diedit secara genetik pertama di dunia.

 


Selanjutnya

Gambar pada 2 September 2019 memperlihatkan anak kucing hasil kloning bernama Garlic di perusahaan Sinogene di Beijing. Seorang pria China, Huang Yu (23) meminta bantuan perusahaan Sinogene untuk menghidupkan kembali kucingnya yang mati 7 bulan lalu dengan kloning. (STR/AFP)

Kloning hewan peliharaan sebagian besar tidak diatur dan kontroversial di mana hal itu dilakukan, tapi di Cina hambatannya sangat rendah. Banyak orang Cina beranggapan bahwa menggunakan hewan untuk penelitian medis atau pengujian kosmetik adalah sesuatu yang kejam atau bahwa kloning hewan peliharaan berpotensi menimbulkan masalah. Juga tidak ada hukum yang menentang kekejaman terhadap hewan di sana.

Para kritikus berpendapat bahwa kloning hewan peliharaan tidak efisien dan tidak manusiawi. Tidak jelas apa yang akan terjadi pada hewan yang dihasilkan atau dampaknya ketika mereka bercampur dengan kumpulan gen yang lebih luas. Beberapa kritikus berpendapat uang sebesar itu lebih baik dihabiskan untuk merawat hean yang ada.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya