Jurus Sri Mulyani Tahan Arus Modal Asing Keluar dari RI

Bank Dunia menyebut Indonesia tengah terancam dalam arus modal keluar imbas dari perlambatan ekonomi global.

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Sep 2019, 14:15 WIB
Menkeu Sri Mulyani (kiri) dan Menkominfo Rudiantara saat memberi keterangan terkait pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, Senin (8/10). Hingga hari ini jumlah peserta yang mendaftar sudah mencapai 34 ribu orang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pemerintah akan terus waspada terhadap segala gejolak ekonomi global yang tengah terjadi.

Hal ini ia ungkapkan merespons bahan presentasi Bank Dunia yang bertajuk Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang menyebutkan Indonesia tengah terancam dalam capital outflow besar (arus modal keluar) imbas dari perlambatan ekonomi global.

"Saya sampaikan berkali-kali kita terus akan waspada melihat perkembangan tersebut. Kita akan perbaiki dan kondisi ekonomi yang masih 5 persen dan inflasi terjaga rendah dan pembangunan yang terus berjalan ini menjadi tempat destinasi yang baik bagi investasi," tutur Sri Mulyani di Gedung DPR, Jumat (6/9/2019).

"Oleh karena itu kebijakan yang tepat untuk mendorong investasi kemarin telah disampaikan. Presiden minta ada penyederhanaan dan kita perlu lebih aktif melihat kebutuhan investor agar mereka bisa menerjemahkan minat investasi menjadi aktivitas investasi," lanjut dia.

Sri Mulyani menjelaskan, Pemerintah terus mengupayakan berbagai kebijakan guna menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya.

"Kita harus menghilangkan peraturan yang menyebabkan cost of doing business-nya mahal tinggi dan panjang bertele-tele dan kita keluarkan kebijakan perpajakan sebagaimana yang disampaikan kemarin. Ini dalam rangka menciptakan suatu lingkungan ekonomi yang sehat dan tetap tumbuh tinggi dan stabil sehinga confidence itu tetep terjaga," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sri Mulyani Waspadai Gejolak Ekonomi Global Berlanjut ke 2020

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). APBN 2019, penerimaan negara tumbuh 6,2 persen dan belanja negara tumbuh 10,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai ketidakpastian ekonomi global yang berpeluang masih berlanjut pada 2020.

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai, salah satunya adalah hubungan perang dagang Amerika Serikat dan China yang belum menunjukkan keharmonisan.

Sejak awal perang dagang kedua negara ini, ekonomi global turut terpengaruh. Pertumbuhan ekonomi di berbagai dunia melambat dua negara digdaya itu belum juga damai.

"Tensi (AS dan China) masih meningkat, dalam ini ini sulit diprediksi karena di satu sisi kenaikan tarif dilakukan, kemudian ada penundaan tapi masih ada berbagai indikator dan persyaratan yang belum disetujui kedua pihak. Ini adalah ketidakpastian yang harus tetap waspadai dan perhitungkan di 2020," ujarnya di Kantor DPR, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Selain perang dagang China dan Amerika, Indonesia juga masih melihat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) walaupun sudah menurunkan suku bunga acuannya beberapa waktu terakhir.

"Respons policy seperti Federal yang menaikkan suku bunga (2018), sekarang turunkan. Kita belum tahu apakah mereka akan lakukan lagi atau itu keputusan sendiri pada saat penurunan kemarin. Ini akan sangat menentukan momentum dari pelemahan ekonomi dunia berlanjut atau membalik di 2020 ini," jelas Sri Mulyani.


Harus Cari Solusi

Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan pada Seminar Nasional Nota Keuangan RAPBN 2020 : Mengawal Akuntabilitas Penerimaan Negara di Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2019). Sri Mulyani menjelaskan kondisi ekonomi global diselimuti awan hitam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dengan berbagai kondisi tersebut, Indonesia harus mampu mewaspadai dan juga mencari solusi untuk memitigasi seluruh kemungkinan yang akan terjadi ke depan. Salah satunya melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPBN) 2020 yang kredibel.

"Hal-hal ini seperti inilah yang harus mampu kita kelolanya. Ketidakpastiannya juga harus kita waspadai namun tidak berarti bahwa kita tidak mampu kelola ketidakpastian itu. Itulah yang coba kita terus fokuskan menggunakan APBN sebagai instrumen menjaga ekonomi nasional dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi kita," tandasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya