Liputan6.com, Jakarta - Umumnya usia remaja dihabiskan untuk sekolah dan bermain bersama teman-teman. Tapi berbeda dengan Charlie Griffiths. Dia justru sudah mulai berbisnis sejak usia 12 tahun. Bisnis yang ia bangun adalah membuat lilin. Selama dua tahun, bisnisnya berkembang pesat ke sektor lain dan mampu menghasilkan ribuan pound sterling setiap tahun.
berawal dari lilin, kini Charlie membangun perusahaan dengan menjual peralatan rumah tangga, pakaian anak- anak, dan celana panjang. "Aku selalu tertarik memulai bisnisku sendiri," jelas Charlie yang dikutip di The Sun, Selasa (10/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
"Saya memutuskan untuk mulai berbisnis lilin setelah saya membaca semua hal-hal buruk tentang mereka (lilin) dan saya ingin membuat beberapa yang ramah lingkungan," jelas dia.
Berawal dari hal tersebut, ia membuat sebuah perusahaan yang membuat lilin. Namun lilin yang dia buat lain. Ia mendesain ulang dan memastikan bahwa bahan yang terkandung bebas dari zat-zat berbahaya.
Harga lilin berbeda-beda tergantung pada bau dan kemasan. Tetapi jika digambarkan, harga lilin yang ia jual di kisaran 9 pounds atau Rp 156 ribu hingga 12 pounds atau Rp 209 ribu (1 pound sterling = Rp 17.426).
Bisnisnya saat ini menjual sekitar 250 produk per tahun dan memberikannya omzet tahunan sekitar 10 ribu pounds setara dengan Rp 174 juta.
Keseharian Charlie
Charlie mengaku menjalankan bisnisnya di waktu luangnya. Walaupun tentu saja hal itu membuat Charlie menjadi tidak punya banyak waktu luang.
"Aku pulang dari sekolah dan mengerjakan PR-ku dulu dan setiap waktu senggang aku persembahkan untuk berbisnis," jelas Charlie.
Hal tersebut menurutnya termasuk berurusan dengan permintaan dan pemasok pelanggan. Mengunjungi pameran dagang serta mengemas barang untuk dikirim.
Advertisement
Awal Mula Charlie Berbisnis
Charlie memulai bisnisnya di kamar tidurnya. Untungnya bisnisnya berjalan dengan baik sehingga dia berkembang dari kamar tidur menjadi kantor di dalam rumah.
"Saya mulai di kamar saya, tetap sekarang memiliki ruang kecil untuk bekerja, serta beberapa rak untuk penyimpanan," kata Charlie.
Orang tuanya juga mendukung dan membantu ketika Charlie membutuhkan. Seperti menemaninya dalam melakukan perjalanan ke pameran dagang. Seperti kebanyakan bisnis pada umumnya, bisnisnya juga kerap mendatangkan masalah.
"Sebagian besar menyenangkan. Ada beberapa pelanggan sesekai marah, tapi ya hanya itu," ungkap Charlie.
Untuk saat ini Charlie tidak memiliki rencana untuk melepaskan bisnisnya, malah ia ingin menambahkan ranah bisnisnya mennjadi toko pop- up.
Reporter: Chrismonica