Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menganggarkan penarikan utang baru di 2020 sebesar Rp 351 triliun. Angka tersebut turun jika dibandingkan dengan jumlah pembiayaan tahun ini sebesar Rp 373 triliun.
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Sumarjati Arjoso mengatakan, penarikan utang tahun depan tidak produktif karena hanya mampu membayar bunga utang yang terus bengkak.
"Utang tahun depan hanya Rp 351 triliun untuk membayar bunga utang Rp 300 triliun. Berarti kita utang hanya untuk membayar bunga utang," ujar Sumarjati di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (6/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sumarjati juga menyoroti utang luar negeri yang terus bengkak dalam beberapa waktu belakangan. Di mana, pada Agustus utang tercatat bengkak hingga mencapai Rp 5.485 triliun.
"Tentang utang, sudah Rp 5.485 triliun. Memang kalau persentase terhadap PBD belum mengkhawatirkan. Tetapi, bahwa utang kita hanya untuk membayar utang perlu kita pikirkan bersama. Apalagi pajak juga menurun," jelasnya.
Sumarjati menambahkan, penambahan utang seharusnya bisa diawasi pemanfaatannya dengan baik. Dia meminta jangan sampai penambahan utang masuk ke kantong pada koruptor.
"Hal lain yang ingin kami sampaikan, anggaran yang begitu besar kita tahu sekarang banyak korupsi. Baik eksekutif, legislatif, dan juga BUMN. Kalau anggaran sebesar ini ada korupsi tentu target sasaran tidak tercapai," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani: Indonesia Negara G20 dengan Utang Paling Rendah
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah akan terus berkomitmen dalam mengelola utang secara efisien, hati-hati, transparan dan akuntabel. Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Karena Indonesia pada saat ini dikenal sebagai negara emerging besar dengan tingkat utang termasuk paling rendah dan defisit paling rendah, dibanding negara G20, maupun negara-negara emerging di luar G20 lainnya," kata Sri Mulyani di ruang sidang Badan Anggaran DPR, Jakarta, pada Rabu 28 Agustus 2019.
BACA JUGA
Bendahara Negara ini mengatakan, pembiayaan utang pada 2020 ditaksir akan berada di Rp 351,9 triliun. Angka itu lebih rendah dari posisi 2018 yang sebesar Rp 372 triliun. Posisi tersebut juga lebih rendah dari outlook 2019 yang sebesar Rp 373,9 triliun.
Menurutnya, pengendalian rasio utang di 2020 tersebut juga masih dalam batas aman berkisar 29,4 hingga 30,1 persen PDB untuk mendukung kesinambungan fiskal. Sedangkan untuk menjaga keseimbangan makro dengan menjaga komposisi utang domestik dan valas dalam batas terkendali, serta pendalaman pasar keuangan.
Advertisement