Gara-Gara Demo Hong Kong, Fashion Show Chanel di Kapal Pesiar Batal Digelar

Pembatalan fashion show Chanel di Hong Kong yang akan berlangsung November mendatang itu menyebabkan kerugian hingga 3 juta dolar AS.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Sep 2019, 19:03 WIB
Presentasi pertama Virginie Viard di Chanel Couture Show

Liputan6.com, Jakarta - Rumah mode asal Prancis, Chanel resmi membatalkan agenda fashion show yang rencananya bakal digelar di atas kapal pesiar di Hong Kong. Pembatalan itu menyusul situasi di negara bagian Tiongkok tersebut yang tidak kondusif belakangan ini.

Demonstrasi besar-besaran warga Hong Kong untuk digelarnya pemilihan umum, memaksa Chanel membatalkan acara tersebut. Selain itu, pembatalan didorong oleh ketidakhadiran para pesohor dan influencer dari China daratan.

Chanel mengonfirmasi keputusan tersebut pada Jumat, pekan lalu, setelah South China Morning Post membocorkan rencana pembatalan show kapal pesiar 2020 yang rencananya akan digelar pada 6 November 2019. Dalam rencana awal, show akan berlangsung di terminal kapal pesiar Kai Tak.

"Mempertimbangkan situasi terkini, Chanel memutuskan untuk menunda (acara) di Hong Kong hingga waktu dan momen yang lebih tepat," demikian bunyi pernyataan rumah mode tersebut, dilansir South China Morning Post, Kamis, 5 September 2019.

Atas keputusan itu, kerugian yang ditanggung diperkirakan mencapai tiga juta dolar AS atau sekitar Rp42,3 miliar. Kerugian itu bakal ditanggung di antaranya oleh hotel-hotel mewah, maskapai penerbangan, perusahaan penyewaan mobil, hingga jasa katering.

Chanel dikabarkan akan mencari panggung pengganti untuk show cruise 2020 setelah pertama kali dilaksanakan di Paris pada Mei lalu. Event serupa biasanya dihadiri para selebritis papan atas dunia, seperti penyanyi Pharrell Williams, aktris Tilda Swinton, dan model Lily-Rose Depp yang juga hadir dalam fashion show Chanel di Bangkok, Thailand.

Meski show dipastikan batal, Chanel menyatakan, koleksi yang akan ditampilkan dalam show kapal pesiar itu bakal tetap tersedia di butik di Hong Kong mulai 6 November 2019.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tekanan Tiongkok

Ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). Mereka mendukung gerakan demonstran pro demokrasi. (ANTHONY WALLACE/AFP)

Sebelum Chanel, dua event berskala internasional lain juga terdampak demo anti-pemerintah di Hong Kong. Tatler Ball dan pesta pembukaan K11 Musea di Kowloon yang rencananya berlangsung pada November mendatang juga dibatalkan.

Tindakan serupa juga diambil Sephora, Hugo Boss, Dior dan Rimowa. Mereka membatalkan seluruh atau mengurangi kegiatan promosi di Hong Kong dalam minggu-minggu terakhir.

Situasi makin sulit bagi para brand fesyen mewah untuk menggelar acara penting di Hong Kong tanpa menyinggung konsumen Tiongkok mereka. Pasalnya, masyarakat China daratan menyerukan boikot kepada brand yang dianggap mendukung Hong Kong dan Taiwan sebagai entitas terpisah dari China atau yang dipersepsikan menyerang negeri Tirai Bambu itu dengan jalan lain.

Bagaimana pun, Tiongkok masih dianggap pasar menguntungkan bagi para brand fesyen mewah. Apalagi, sejumlah brand mewah sudah merasakan dampaknya atas seruan boikot tersebut, seperti Dolce & Gabbana dan Versace.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya