Jakarta - Legenda bulu tangkis Indonesia Susy Susanti prihatin dengan penghentian Audisi Umum PB Djarum pada 2020 mendatang. Dia menyebut hal tersebut bakal mengganggu usaha dalam mencari bibit pemain.
"Saya jelas prihatin. Di saat kita semua sedang berjuang mencari mencari prestasi, berusaha mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia, dan menjaga tradisi emas Olimpiade, malah ujung tombak pencarian bibit dihentikan, karena ada sebagian pihak yang tidak suka," kata Susy saat dihubungi Bola.com, Minggu (8/7/2019).
Advertisement
"Audisi ini kan menjaring bibit-bibit dari berbagai pelosok Indonesia, bukan hanya dari Jawa. Untuk mencapai kejayaan bulu tangkis tidak bisa instan, ada prosesnya, dan audisi ini menjadi awalnya. Banyak anak-anak yang punya mimpi besar di bulu tangkis dari kalangan tidak mampu, jadi Audisi Bulu Tangkis PB Djarum itu sangat membantu. Sangat disayangkan kalau dihentikan," sambung Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI itu
Bakti Olahraga Djarum Foundation mengumumkan akan menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang digelar PB Djarum mulai 2020. Keputusan ini diambil untuk mereduksi polemik yang mencuat belakangan ini.
Sebagai wakil dari PBSI sekaligus pelaku bulu tangkis, Susy sangat menyesalkan kejadian tersebut. Penghentian audusi membuat pencarian bibit pemain akan semakin sulit, sehingga juga bisa berpengaruh ke prestasi Bulu Tangkis Indonesia.
"PBSI juga pasti terpengaruh karena selama ini terbantu dengan audisi itu. Banyak atlet-atlet andalan berasal dari proses audisi tersebut. Tak banyak pihak klub bulu tangkis yang punya perhatian, kepedulian, dan dana yang besar untuk mendukung Bulu Tangkis Indonesia. Seharusnya semua pihak bergandengan tangan demi Bulu Tangkis Indonesia," jelas Susy Susanti.
Hasilkan Atlet-atlet Hebat
Susy menilai Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis sudah terbukti menghasilkan atlet-atlet hebat, bukan mengeksplotasi anak seperti yang dituduhkan beberapa pihak. Pemain Pelatnas yang merupakan jebolan Audisi PB Djarum antara lain Kevin Sanjaya Sukamuljo, pasangan juara dunia junior 2019 Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil, serta Ribka Sugiarto yang baru saja mencapai semifinal Chinese Taipei Terbuka 2019 di sektor ganda putri.
Beberapa legenda bulu tangkis lain juga berasal dari klub PB Djarum, seperti Susy Susanti, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, dan Mohammad Ahsan.
"Alasannya katanya ada unsur eksploitasi anak oleh industri rokok dalam audisi umum. Jadi Kevin Sanjaya itu hasil eksploitasi anak? Saya hanya berharap semua pihak mau mendalami dengan benar-benar kasus ini, jangan hanya menduga-duga. Coba datang ke audisi, tanya anak-anak atau keluarganya, apakah mereka merasa diekploitasi? Apakah mereka merasa dimatikan mimpinya atau malah dibantu meraih impian?" urai Susy.
"Saya melihat sendiri anak-anak yang ikut audisi bersemangat karena ingin menjadi seperti Kevin, Liliyana, Tontowi, Ahsan, atau saya. Jika bisa berprestasi kan bisa mengangkat nama keluarga, secara ekonomi juga, serta bisa mengharumkan nama bangsa," imbuh peraih medali emas Olimpiade Barcelona tersebut.
Susy Susanti berharap semua pihak baik pemerintah, pihak swasta, pelaku bulu tangkis, dan masyarakat bahu membahu dan bergandengan tangan demi bulu tangkis Indonesia, bukan sebaliknya. Apalagi, selama ini bulu tangkis menjadi cabang olahraga andalan Indonesia untuk berprestasi di kancah dunia.
Advertisement
Akar Masalah
Polemik soal Audisi Beasiswa Bulutangkis mencuat pada pertengahan 2019. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memprotes kegiatan tersebut karena menganggap ada unsur eksploitasi anak oleh industri rokok.
Salah satu indikasi yang disoroti KPAI adalah kaus bertuliskan "Djarum Badminton Club" yang dikenakan para peserta audisi. Kedua belah pihak sudah pernah bertemu membahas hal tersebut.
KPAI meminta nama audisi tersebut harus diubah dan tak lagi mengandung unsur Djarum. PB Djarum menolak tudingan tersebut. Mereka menyatakan PB Djarum dan Djarum yang merupakan produsen rokok adalah dua identitas berbeda. Begitu juga dengan Djarum Foundation yang membawahi audisi tersebut.
Disadur dari: Bola.com
(Penulis: Yus Mei/Editor: Benediktus Gerendo Pradigdo, published 8/9/2019)