Runway 3 Bandara Soetta Beroperasi, Maskapai Bisa Hemat Rp 75 Juta

Runway sepanjang 2.500 meter ini baru beroperasi pada Agustus 2019.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Sep 2019, 16:20 WIB
Penerbangan komersial perdana Maskapai Citilink di Bandara Kertajati Majalengka Jawa Barat. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi datang mengunjungi Landasan Pacu (Runway )3 di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang. Di sela kunjungannya Budi sempat naik ke atas ATC tower milik Airnav bersama Direktur Utama AP II Awaluddin, Dirut Airnav Mokhammad Khatim, dan Dirjen Perhubungan Udara Polana B. Pramesti.

Runway sepanjang 2.500 meter ini baru beroperasi pada Agustus 2019. Target itu lebih sedikit dari ekspektasi Presiden Joko Widodo yang dalam kunjungan pada Juni yang berharap runway bisa beroperasi pada Juli 2019.

Dalam kunjungannya, Menhub menyaksikan take off pesawat Citilink dan pendaratan Wings Air. Untuk saat ini landasan hanya bisa mengakomodasi pesawat tipe Boeing 737 dan Airbus 320, tetapi jalur ini akan mulai dikembangkan menjadi 3.000 x 60 meter pada November mendatang.

"Nanti pada saatnya akan kita rencanakan bulan November, kapasitas 3000 meter itu bisa dijalankan. Jadi semua pesawat di dunia bisa mendarat di situ," ujar Budi Karya pada Minggu (8/9/2019) di Bandara Soetta.

Budi Karya mengatakan Runway 3 sepanjang 3.000 meter sudah beroperasi pada November nanti. Urusan pembebasan lahan pun sudah selesai.

Penumpang yang selama ini harus mengantre sampai tujuh pesawat kini bisa berkurang jadi empat pesawat saja. Pesawat pun bisa menghemat bahan bakar hingga Rp 75 juta pada saat take off atau landing.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jumlah Pergerakan Pesawat

Pemandangan pesawat Garuda Indonesia yang bisa dilihat dari bourding lounge Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (24/04). Terminal ini mampu 25 juta calon penumpang per tahun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sejauh ini Runway 3 bisa menambah pergerakan pesawat menjadi 81 pesawat per jam sehingga pesawat tak perlu berputar-putar di udara jika ingin mendarat. Budi Karya pun membandingkan sewaktu ia masih menjabat sebagai Dirut AP II.

"Waktu saya di AP II dulu sebagai dirut, take off/landing masih rata-rata 70 per jam. Sekarang 81 take off/landing tiap satu jam. Nanti apabila beroperasi menjadi 3.000 maka take off/landing yang dilakukan menjadi 100 take off landing per jam," ujar Budi Karya yang menyebut kemampuan take off/landing adalah benchmark suatu bandafa.

Budi Karya pun berterima kasih pada Presiden Jokowi, Airnav, AP II dan Dirjen Perhubungan yang mengawali proyek ini.

"Semoga yang kita lakukan ini bisa memberi kemudahan khususnya bagi pesawat-pesawat besar untuk datang ke Indonesia dan akhirnya memberikan suatu kejayaan bagi Indonesia," pungkas Menhub.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya