Karhutla Hampir Tiap Hari, Kualitas Udara di Jambi Makin Berbahaya

Akibat kabut asap pada pagi hari, jarak pandang di kabupaten itu sekitar 100 meter, sedangkan pada malam hari lebih pekat.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStock)

Liputan6.com, Jambi - Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sejumlah wilayah di Jambi sejak dua bulan terakhir mengancam terjadinya kabut asap. Bahkan, sejumlah kabupaten di provinsi itu kini sudah terdampak kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan.

Hampir setiap hari terjadi karhutla di provinsi itu, seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, dan Batanghari.

Sejumlah kabupaten dan kota sudah terdampak kabut asap sehingga pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk meliburkan siswa Sekolah Dasar (SD) agar terhindar dari paparan kabut asap.

Seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi, kabut asap sejak beberapa pekan terakhir. Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur mengambil kebijakan meliburkan siswa SD dan menghentikan sementara liga pelajar yang diselenggarakan Asosiasi Kabupaten (Askab) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Akibat kabut asap pada pagi hari, jarak pandang di kabupaten itu sekitar 100 meter, sedangkan pada malam hari lebih pekat.

"Melalui alat (konsentrasi, red.) PM 2,5 selalu di-'update' setiap waktunya, menunjukkan (polusi) udara di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sempat berada di level berbahaya," kata Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Gustin Wahyudi di Jambi, Minggu (8/9/2019) dilansir Antara.

Hasil pengukuran konsentrasi partikulat PM 2,5 pada 5 September pukul 00.00 sampai 23.55 WIB menunjukkan kualitas udara Tanjung Jabung Timur turun menjadi tidak sehat dan kemudian berbahaya, sedangkan tujuh jam selanjutnya masuk kategori sangat tidak sehat dan berbahaya.

Begitu pula di Kota Jambi, meski titik api tidak sebanyak di kabupaten lainnya, kota itu turut terdampak kabut asap akibat karhutla di kabupaten tetangga.

Juru Bicara Pemerintah Kota Jambi Abu Bakar mengatakan pada malam hari kualitas udara di kota itu terjadi peningkatan menjadi tidak sehat, bahkan berbahaya.

"Kualitas udara di Kota Jambi cenderung menjadi buruk mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB," katanya.

Berdasarkan pantauan dari alat ukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Air Quality Monitoring System (AQMS) Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi, kualitas udara di Jambi pada malam hari, hasil pengukuran konsentrasi partikulat PM 2,5, di atas baku mutu dengan nilai 353, kategori berbahaya.

Pada siang hari, kualitas udara di kota itu cenderung stabil dan normal. Seperti pada 7 September, alat ukur ISPU AQMS pengukuran konsentrasi partikulat PM 2,5 berada di bawah baku mutu dengan nilai 40.

Hujan sempat turun di provinsi itu, sedangkan sejak dua pekan terakhir sebelumnya hujan tak kunjung turun di Jambi.


Kasus ISPA Meningkat

Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStockphoto)

Saat ini karhutla di provinsi itu mulai meningkat, yang berdampak terhadap kabut asap. Akibat kabut asap tersebut, kasus Inspeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) mulai meningkat, khususnya di Kota Jambi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Jambi Nur Indrayeti mengatakan ISPA mulai meningkat sejak minggu kedua Agustus. Kabut asap di kota itu mulai terjadi pada minggu pertama Agustus.

Pada minggu pertama Agustus, terdapat 1.707 masyarakat menderita ISPA, minggu kedua mengalami peningkatan menjadi 2.189 penderita, sedangkan minggu ketiga terjadi peningkatan menjadi 2.577 orang.

Terjadi penurunan penderita ISPA pada minggu keempat Agustus, namun tidak begitu signifikan, di mana tercatat 2.224 penderita.

"Penurunan jumlah penderita ISPA tersebut karena pada saat turun hujan kabut asap menurun, akan tetapi dalam sepekan terakhir kabut asap kembali menebal, terutama pada malam hari," kata dia.

Dia menjelaskan peningkatan kualitas udara menjadi tidak sehat hingga berbahaya pada malam hari karena tekanan udara menurun sehingga partikel debu dan asap yang terbawa udara menurun. Kualitas udara tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan.

Untuk mencegah masyarakat terpapar kabut asap, pemerintah kota itu memberikan imbauan kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah. Pemerintah Provinsi Jambi dan pemerintah kabupaten lainnya turut memberikan imbauan serupa kepada masyarakat.

Jika warga harus melakukan aktivitas di luar ruangan, diimbau mengenakan masker. Selain itu, masyarakat diimbau menerapkan perilaku hidup sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, mencuci sayuran sebelum dimasak, dan buah-buahan sebelum dimakan.

Salah seorang warga Kota Jambi, Yesi, mengeluhkan terjadinya kabut asap, pasalnya membuat anaknya yang berusia lima tahun menderita ISPA.

Yesi berharap, pemerintah mampu menangani karhutla di provinsi itu.


Mohon Pengertian Pemilik Lahan

Ilustrasi Kebakaran Hutan (iStockphoto)

Akan tetapi, menurut Yesi, penanganan karhutla bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah. Penanganannya juga menjadi tanggung jawab pemilik lahan. Pasalnya, sejumlah lahan yang terbakar di provinsi itu merupakan lahan milik masyarakat yang membuka lahan perkebunan.

"Kita mohon pengertiannyalah, yang memiliki lahan dan hendak membuka perkebunan jangan membakar dulu, selain itu saat ini kan membakar lahan sudah dilarang, karena sudah ada undang-undangnya," kata dia.

Ia juga berharap secepatnya turun hujan di daerah itu, Musim kemarau memang membuat sumur miliknya tidak kering, namun warna airnya sudah berubah kekuning-kuningan dan mengeluarkan bau lumpur serta tidak dapat dimanfaatkan.

Kebakaran tidak hanya di lahan milik masyarakat, namun kawasan hutan lindung di provinsi itu juga terbakar, yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Thaha Syifudin Kabupaten Batanghari.

Sejak satu bulan terakhir, 70 hektare lahan di kawasan tahura tersebut terbakar, tepatnya di kilometer 12 hingga kilometer 20 Desa Senami.

Ketua Tim Brigdalkar Tahura Sultan Thaha Syaifudin Kabupaten Batanghari, Sandy, mengatakan kebakaran di kawasan tahura tersebut karena faktor kesengajaan yang dilakukan sejumlah oknum, seperti warga membakar arang di dalam kawasan dan perambah yang membuka lahan dengan cara membakar.

Dalam proses pemadamannya, Tim Satgas Karhutla Kabupaten Batanghari terkendala kondisi medan di kawasan tahura setempat.

Beberapa titik api terjadi di dalam kawasan tahura dan sebagian besar titik api di tengah-tengah hutan lindung yang sulit dijangaku oleh tim satgas karhutla.

"Kita berharap turun hujan, kalau pakai 'water bombing' (pengeboman air) itu airnya tidak sampai ke dasar tanah, airnya hanya membasahi bagian atas, sehingga api yang berada di dasar tanah masih hidup dan masih berpotensi menyebabkan kebakaran," katanya.

Hujan secara intensif memang diharapkan segera turun supaya masalah karhutla segera rampung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya