Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan jajanan pasar menjadi bukti kekayaan kuliner Indonesia. Nyaris semua cita rasa terwakili dengan beragamnya jajanan yang tersedia. Namun, mempertahankannya agar tetap menarik bagi generasi masa kini, termasuk kalangan milenial, menjadi tantangan tersendiri.
Memanfaatkan momen Rapat Kerja Nasional ke-6, Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) menyelenggarakan festival jajanan pasar dan pameran industri jasa boga perdana pada 13-15 September 2019. Festival yang dinamai Art Food Festival APJI tersebut bakal berlangsung di Pantai Mertasari, Sanur, Bali.
Menurut Ketua Panitia Rakernas dan Art Food Festival 2019, Siti Radarwati, Bali dipilih sebagai lokasi acara mengingat pulau itu merupakan salah satu destinasi wisata kelas dunia. Pasalnya, APJI ingin memperkenalkan makanan-makanan khas Indonesia tidak hanya kepada kalangan milenial lokal, tetapi juga mancanegara.
Baca Juga
Advertisement
"Art Food Festival akan menjadi program tahunan APJI, sesuai visi dan misi kami untuk perkenalkan jajanan pasar kepada turis mancanegara," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 6 September 2019.
Lokasi acara akan dibagi menjadi empat zona, yakni zona food and beverage, zona fashion, art and beauty, zona industrial, dan zona milenial. Dalam zona pertama, pengunjung akan menemui sejumlah stan makanan dan minuman, termasuk produk-produk vegetarian, organik, dan sehat, yang makin naik daun. Ada pula area non-halal untuk mengakomodasi para pengunjung non-muslim.
Sementara, zona industrial akan menghadirkan sejumlah pelaku jasa boga untuk memamerkan produk dan layanan mereka. Pameran akan digelar di dalam tenda agar para pelaku dan calon klien bisa berdiskusi lebih nyaman.
Dalam zona fashion, art, and beauty bakal ditampilkan sejumlah produk terkait, khususnya spa. Sementara, pada zona milenial terdapat sejumlah stan makanan dan minuman kekinian, food truck, serta spot-spot menarik untuk bermain dan foto.
"Stan jajanan pasar nanti akan diisi oleh seluruh perwakilan DPD APJI yang lokasinya dekat dengan panggung utama," kata perempuan yang akrab disapa Ati itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tantangan Pengemasan
Ati menyatakan nyaris semua jajanan pasar populer akan ditampilkan dalam acara tersebut. Ada pula jenis jajanan yang jarang ditemukan di Bali juga akan diperkenalkan, misalnya kaledo dari Sulawesi Tengah.
"Jadi, mereka yang belum pernah tahu ada makanan itu, bisa tahu dan mencicipinya di sini. Bali ini menjadi tempat showcase masakan nusantara," kata dia.
Peminat utama peserta pameran jajanan pasar adalah para UMKM yang merupakan anggota APJI. Bahkan, banyak peserta yang masuk daftar tunggu sebelum bisa ikut berpartisipasi dalam event tersebut.
Di sisi lain, panitia juga harus mengantisipasi masalah terkait jajanan pasar ini. Pasalnya, kebanyakan jajanan pasar tidak tahan lama. Maka itu, harus ada rencana cadangan bila makanan yang akan dijual ternyata rusak.
"Selama ini sih mereka mengaku masih mampu siapkan jajanan pasar. Sementara belum dikonsumsi, mereka bisa simpan dalam freezer/chiller," ujarnya.
Selain pameran makanan, terdapat pula demo masak dan beragam lomba memasak yang bisa diikuti oleh orang dewasa dan anak-anak. Menurut Ati, para ibu merupakan ujung tombak pemberian makanan pada anak-anaknya. Mereka juga yang menjadi media untuk perkenalkan jajanan pasar pada anak-anak.
Meki begitu, target utama festival makanan ini tetap kalangan milenial. Ati berharap jumlah pengunjung milenial yang datang bisa mencapai 60-65 persen dari sekitar 10 ribu pengunjung.
"Tantangan utama agar jajanan pasar bisa menarik perhatian bagi kalangan milenial adalah bagaimana pengemasannya agar sesuai dengan selera mereka. Karena sebenarnya, jajanan pasar ini disukai oleh mereka juga kok," katanya.
Advertisement