Liputan6.com, Jakarta Kalahnya Indonesia dalam menghadapi gugatan Brasil ke World Trade Organization (WTO) membuat RI harus membuka lebar-lebar keran impor ayam bagi negeri penghasil kopi tersebut.
Kekalahan Indonesia atas Brasil itu bermula dari gugatan Brasil yang didaftarkan ke WTO pada 2014 silam. Pemerintah pun diharuskan mengubah ketentuan impor melalui dua aturan khusus, yaitu Permendag Nomor 65 Tahun 2018 dan Permentan Nomor 23 Tahun 2018.
Advertisement
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, dibukanya keran impor ayam Brasil ke RI mengancam peternak unggas dalam negeri.
"Pengaruhnya besar. Potensi keberlanjutan usaha rakyat terancam, karena kita (peternak) belum bisa berproduksi semurah Brasil. Ada ketertinggalan alih tehnologi di kandang-kandang rakyat dan harga pakan Day Old Chick (DOC) atau anak ayam umur sehari tidak kompetitip/mahal," tuturnya kepada Liputan6.com, Senin (9/9/2019).
Sugeng pun melanjutkan, dari pelaku usaha, mereka berharap agar ada percepatan upgrade (perbaikan) kandang dari Pemerintah. Ini semata-mata agar ayam dalam negeri kompetitif dengan ayam serbuan asing.
"Harus ada percepatan upgrade kandang, bagi peternak rakyat yang selama ini open menjadi semi modern. Karena kendala selama ini kan pembiayaan, ini yang harus dipikirkan," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Pakan Diharapkan Turun
"Penurunan harga pakan agar peternak dalam berbudidaya berbiaya lebih murah, sehingga mempunyai kemampuan berkompetisi. Jika dua hal ini tidak terpecahkan maka keberadaan peternak rakyat terancam," lanjut dia.
Dia pun menegaskan, selain dari bantuan perbankan, peran Pemerintah untuk menjaga ayam dalam negeri agar tetap kompetitif harus dilakukan secara kontinue.
"Dari Pemerintah belum ada (program upgrade) dan ini layak untuk diajukan. Karena kalau dengan bank, masing-masing individu peternak sudah ada. Pinjam untuk perbaikan kandang atau upgrade hanya bunganya tinggi. Peran pemerintaah diharapkan," kata dia.
Advertisement
Harga Ayam di Pasar Tradisional Grogol Terpantau Rp 35 Ribu per Kg
Kabar anjloknya harga ayam di peternak ternyata tak berpengaruh di pasar tradisional. Berdasarkan pantauan Liputan6.com, harga daging ayam masih stabil di kisaran Rp 35 ribu per kilogram (kg) atau tak jauh berbeda dari bulan lalu.
Pedagang pun mengeluhkan pemberitaan media yang membuat pembeli berpikir harga daging ayam turun.
"Sekarang Rp 35 ribu per kg. Justru di TV turun, yang asli naik," jelas Rino (42) kepada Liputan6.com pada Senin (9/9/2019), di Pasar Grogol, Jakarta Barat.
Ia pun mengaku kerap ditanyai pelanggan yang mengira harga daging ayam turun.
Untuk bagian lain seperti filet dada dijual Rino seharga Rp 45 ribu per kg dan filet paha Rp 40 ribu per kg. Kulit dan ceker ia jual Rp 20 ribu ribu per kg, dan sayap seharga Rp 30 ribu per kg.
Kobir (42) turut berkata harga masih normal di kisaran Rp 35 ribu. Pedagang ayam ekoran ini juga diserbu pertanyaan pelanggan yang mengira harga daging ayam turun di pasar.
"Ayam tetap segitu jualnya, tidak ada perubahan. Itu di Jawa (yang turun), karena berita di TV ayam anjlok ditanyain pelanggan, orang-orang taunya ayam murah," tegas Kobir. Rino dan Kobir pun yang mengambil daging dari agen, bukan langsung peternak.
Bustomi (45) juga membantah ada penurunan harga dan jatuhnya harga ayam di peternak tak memengaruhi harga di pasar tradisional. "Di TV ngomong doang, harganya tetep," ujarnya.
Pedagang lain, Acong (38), menjual daging ayam di kisaran Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kg. Ia pun memastikan harga ayam masih stabil.