Menko Luhut Tanggapi Santai Pro Kontra Pemindahan Ibu Kota

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengaku pro kontra pemindahan ibu kota adalah hal yang wajar

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2019, 15:45 WIB
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memberi paparan saat rapat koordinasi membahas pengembangan kendaraan listrik nasional di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/11). Langkah ini sebagai upaya menekan emisi gas buang. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menanggapi santai mengenai pro dan kontra terkait pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurutnya, sangat wajar apabila ada pandangan buruk terkait dengan rencana besar Presiden Joko Widodo.

"Padahal saya lihat visi presiden ini luar biasa. Makanya, ini pro-kontra pasti ada. Kalau nggak mau ada pro kontra ke surga saja kita," kata Menko Luhut saat ditemui di DPR RI Jakarta, Senin (9/9/2019).

Luhut sendiri mengaku menjadi orang terdepan yang mendukung langkah pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur. Apalagi berdasarkan kajian dilakukan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) ibu kota baru tersebut didesain menjadi kota cerdas.

"Saya senang Bappenas buat studi komprehensif untuk pemindahan ibu kota baru itu. Dan desainnya kami sepakat juga pak Presiden akan buat smart city. Kota ini akan sangat efisien misalnya transportasinya banyak electric vehicle, saya yang salah satu cerewet maslah-masalah begini," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dinilai Belum Prioritas

Maket Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur. (dok Kementerian PUPR)

Sebelumnya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyoroti kebijakan pemindahan ibu kota yang dicanangkan oleh pemerintah. Pemindahan ibu dinilai belum merupakan program prioritas saat ini.

"FPKS memandang kebijakan pemindahan ibu kota bukan menjadi prioritas untuk menjawab permasalahan-permasalahan strategis nasional," kata politikus PKS, Andi Akmal Pasluddin, dalam Rapat Paripurna, di DPR RI, Jakarta, Kamis (22/8)

Pemindahan ibu kota, kata dia, perlu mempertimbangkan kebutuhan anggaran yang besar. Juga proses pembangunan yang tentu memakan banyak waktu.

"Dan kepentingan strategis sebagai bangsa. Kebijakan ini membutuhkan konsesus nasional mengingat kebijakan ini bukan hanya untuk kepentingan pemerintah saat ini karena akan melibatkan pemerintah selanjutnya," ungkapnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Pertamina Usung Konsep City Gas di Ibu Kota Baru

Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (30/4/2019). Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali melontarkan wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa. (Liputan6.com/JohanTallo)

PT Pertamina (Persero) akan menerapkan konsep kota gas (city gas) untuk pemenuhan energi di ibu kota baru pengganti Jakarta. Dengan konsep ini bisa mengoptimalkan penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina akan mengoptimalkan penggunaan gas di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kedua kabupaten tersebut ditetapkan sebagai ibu kota baru yang akan menggantikan Jakarta.

Gas dipilih jadi prioritas bahan bakar karena letak ibu kota baru berdekatan dengan sumur yang menjadi sumber pasokan gas. "Potensi sumber daya alam yang ada itu bisa dioptimalkan," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (5/9/2019).

Untuk mengembangkan infrastruktur energi di ibu kota baru, Pertamina akan menerapkan konsep city gas dengan membangun jaringan pipa di wilayah tersebut.

"Nanti itu akan seperti Kota Bontang, ini sudah menjadi city gas," ujarnya.

Di kesempatan terpisah, Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury mengungkapkan, Pertamina memiliki lahan banyak di Kalimantan Timur, sehingga siap mendukung pemindahan ibu kota negara ke Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.

"Pertamina siap dukung karena lahan kita banyak sekali‎," imbuhnya.‎

Menurutnya, Kalimantan ‎Timur merupakan basis produksi Pertamina, baik dari sisi produksi migas dengan dioperatorinya beberapa blok migas maupun dari sisi produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan adanya Kilang Balikpapan.

"Memang selama ini Balikpapan Kalimantan Timur salah satu basis produksi kita, dari sisi kilang kita punya lahan di Kalimantan Timur, basis produksi upstream dan midstream,"‎ tuturnya.

Dengan adanya pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan Timur, dia yakin akan meningkatkan geliat ekonomi di wilayah tersebut, sehingga membutuhkan infrastruktur penyediaan energi.

Namun ‎Pahala belum bisa memaparkan rencana pembangunan infrastruktur energi di ibu kota baru, sebab Pertamina masih melakukan pemetaan bentuk ibu kota baru.

"Belum kalau dari kita, saat ini kita masih ingin memahami dulu sebetulnya bentuknya seperti apa," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya