Liputan6.com, Jakarta Angka unmet need atau pasangan usia subur yang belum atau tidak ingin punya anak lagi, tetapi belum menggunakan kontrasepsi di Indonesia, masih terbilang tinggi. Hal ini diungkap oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Dalam arahannya di Telaah Tengah Tahun Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) 2019, Hasto mengatakan angka unmet need di 2018 masih berada di 12,4 persen dari target 10,5 persen.
Advertisement
"Sekarang ini 80 persen orang yang melahirkan belum memutuskan mau memakai kontrasepsi apa, padahal belum ingin punya anak dalam waktu satu sampai dua tahun," kata Hasto pada Health Liputan6.com di kantor BKKBN, Jakarta pada Senin (9/9/2019).
Hasto mengatakan, untuk mengatasi ini dibutuhkan lebih banyak konseling terkait pemakaian kontrasepsi yang harusnya dilakukan sebelum melahirkan atau saat kontrol kehamilan.
"Tidak sedikit yang hamil tidak dikehendaki, karena dia tidak pakai kontrasepsi. Pede tidak hamil karena suami long distance, eh pas mendarat, hamil," seloroh Hasto..
Tantangan BKKBN hingga akhir 2019
Selain unmet need, penurunan angka fertilitas total dan penggunaan kontrasepsi modern masih menjadi tantangan bagi BKKBN hingga akhir tahun 2019.
Untuk penurunan angka fertilitas total saat ini sebesar 2,38 dari target 2,31 atau baru tercapai 97,1 persen, sementara penggunaan kontrasepsi modern dengan angka 57 persen dari target 61 persen
Di sisi lain BKKBN menyatakan berhasil menurunkan angka putus pakai hingga 25 persen dari target 25 persen dan menaikkan angka peningkatan metode kontrasepsi jangka panjang mencapai 23,1 persen dari target 22,3 persen.
"Saya berharap dengan review, tiga target yang belum tercapai ini kalau bisa kita kejar dalam waktu empat bulan ini," ujar mantan Bupati Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Advertisement