HEADLINE: Audisi PB Djarum Disetop, Bagaimana Nasib Regenerasi Atlet Bulu Tangkis?

Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis PB Djarum yang saat ini digelar di Purwokerto, Jawa Tengah, merupakan yang terakhir.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 10 Sep 2019, 00:05 WIB
Banner Infografis PB Djarum Setop Audisi Beasiswa Bulu Tangkis. (Foto: PB Djarum)

Liputan6.com, Jakarta - Kawah Candradimuka bagi calon-calon juara dunia bulu tangkis itu tak akan lagi bergolak mulai 2020. PB Djarum, melalui Djarum Foundation, memutuskan menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis Djarum tahun depan.

Padahal, mereka sudah menggelar audisi ini sejak 2006. Hasilnya pun telah terbukti. Audisi PB Djarum telah banyak melahirkan atlet-atlet bulu tangkis hebat yang bisa mengharumkan Indonesia.

Salah satunya Kevin Sanjaya, yang berhasil menyumbang emas Asian Games 2019, bersama Marcus Gideon di nomor ganda putra. Keduanya juga pernah tujuh kali meraih gelar Superseries dalam satu tahun. Kevin/Marcus juga pernah dua kali berturut-turut menjuarai All England 2017 dan 2018.

Tapi, mulai 2020 dipastikan tidak ada lagi audisi umum yang jadi favorit atlet-atlet belia itu. Dengan begitu, Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 yang saat ini tengah digelar di Purwokerto, Jawa Tengah, menjadi yang terakhir. 

Kepastian itu disampaikan Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosiman, dalam sebuah jumpa pers di Purwokerto, Sabtu (7/9/2019).

"Pada Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis kali ini, juga saya sampaikan sebagai ajang untuk pamit sementara waktu, karena pada 2020 kami memutuskan menghentikan audisi umum," ujar Yoppy.

Langkah ini diambil PB Djarum tentu bukan tanpa sebab. Mereka ingin mengakhiri polemik yang selama ini terjadi dengan Komisi Perlidungan Anak Indonesia (KPAI).

Infografis PB Djarum Setop Audisi Beasiswa Bulu Tangkis. (Liputan6.com/Triyasni)

Sebelumnya, KPAI menilai bahwa ada unsur eksploitasi anak pada audisi PB Djarum itu. Alasannya, dalam audisi tersebut, setiap anak yang menjadi peserta diwajibkan memakai baju dengan tulisan dan logo Djarum Foundation.

Menurut KPAI, anak-anak yang mengikuti audisi itu bisa terpapar dengan logo produsen tembakau. KPAI juga menuding, secara tidak langsung, anak-anak itu dimanfaatkan sebagai media promosi.

KPAI berpegang pada Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.

Selain itu, KPAI juga menjadikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, sebagai payung hukum mereka, terkait audisi PB Djarum ini.

 


Pasal Polemik

Yoppy Rosimin, Program Director Bakti Olahraga Djarum Fondation (Bola.com/Dok. PB Djarum)

Dalam PP tersebut, pada Pasal 47 ayat (1) disebutkan, setiap penyelenggaraan kegiatan yang disponsori oleh Produk Tembakau dan/atau bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau dilarang mengikutsertakan anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun.

Inilah yang menjadi pasal polemik. Seperti diketahui anak-anak yang mengikuti audisi beasiswa PB Djarum, berusia di bawah 18 tahun, rentang 11-13 tahun.

KPAI juga tidak sendiri, mereka punya kolega, Yayasan Lentera Anak, yang sepaham.

Sejalan dengan KPAI, psikolog anak Seto Mulyadi juga berpendapat, penggunaan badan anak untuk iklan atau promosi merupakan bentuk eksploitasi. Mengingat dalam audisi tersebut, setiap anak yang menjadi peserta diwajibkan memakai baju dengan tulisan dan logo Djarum Foundation.

"Itu enggak boleh. Lalu, juga sudah ada peraturan pemerintah yang menyatakan juga nomor 109 bahwa rokok itu sebagai zat adiktif yang berbahaya," jelasnya kepada Merdeka.com, Minggu (8/9/2019).

Padahal, menurut PB Djarum, logo Djarum Badminton Club yang tertera di kostum peserta, bukan produk rokok, melainkan nama klub mereka.

Di sisi lain, tidak sedikit yang memberi dukungan, bahkan meminta PB Djarum untuk melanjutkan audisi ini. Sebab, ajang ini disebut sebagai satu-satunya media pencarian bibit muda bulu tangkis yang bisa menjangkau banyak daerah di Indonesia, dan sudah terbukti.

Selain para legenda bulu tangkis, yang telah merasakan betul manfaat upaya PB Djarum dalam membangun bakat mereka, Menpora RI, Imam Nahrawi pun turut buka suara, mendukung.

Di akun Instagram-nya, Imam menyebut bahwa audisi PB Djarum seharusnya tetap jalan terus, karena dia menilai tidak ada eksploitasi anak di dalamnya.

Hal itu ditegaskan lagi oleh Imam, dalam acara puncak perayaan Hari Olahraga Nasional di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (8/9).

"Audisi Djarum tidak boleh berhenti, terus berjalan, karena sudah mendalami tidak ada soal-soal yang terkait ekploitasi anak. Sejauh ini berjalan dengan baik dan menjadi suport bagi kita," ujarnya kepada wartawan.


Tidak Larang Audisi

Salah seorang peserta Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019, pada Tahap Turnamen yang digelar pada Senin (29/7/2019), di GOR KONI, Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

KPAI sendiri telah menegaskan, yang mereka tentang bukan audisi atau pencarian bakat atlet-atlet muda bulu tangkis, melainkan unsur eksploitasi anak yang ditenggarai berada di dalamnya.

Hal itu juga ditegaskan lagi oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). "Yang diminta KPAI dan LAI adalah bukan menghentikan audisinya, tetapi audisi yang tidak melibatkan logo merek rokok, dalam hal ini Djarum. Penggunaan logo tersebut selain tidak pantas juga melanggar regulasi yang ada," demikian keterangan Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI.

Namun, tetap saja mereka dituding sebagai penyebab utama keluarnya keputusan Djarum untuk menyetop audisi beasiswa ini.

Di jagat maya, warganet pun riuh menyuarakan kekesalan mereka kepada lembaga yang dipimpin Susanto itu. Bahkan, puluhan dari mereka berinisiatif meneken petisi "Kembalikan Audisi PB Djarum" di Change.org.


Reaksi PBSI: Tragis

Kabid Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti. (Humas PP PBSI)

PBSI, selaku induk olahraga tepok bulu ini di Indonesia pun langsung bereaksi. Sekjen PBSI, Achmad Budiharto, mengaku sangat terkejut dengan keputusan Djarum Foundation. Dia menyebutnya sebagai hal yang tragis.

"Pada intinya kita berharap audisi tetap berjalan. Karena, audisi ini adalah salah satu cara, metode, bagaimana bulu tangkis Indonesia bisa stabil, bisa terus-menerus mencari bibit pemain yang ada," ucapnya.

Achmad menambahkan, PB Djarum merupakan kontributor utama dalam menyumbang atlet ke Pelatnas PBSI. Dari zaman Christian Hadinata, Liem Swi King, sampai Ardy Wiranata dan kawan-kawan.

"Sampai sekarang pun, lebih dari 40 persen pemain Pelatnas PBSI adalah dari PB Djarum yang didapatkan dari proses audisi," paparnya. "Jadi saya tidak bisa membayangkan ke depannya mau seperti apa."

Senada dengan Achmad, Susy Susanti, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, pun mengaku sangat kecewa, miris. Pasalnya, kata Susy, saat ini, mereka sedang bekerja keras lantaran tuntutan prestasi di bulu tangkis itu sangat berat.

"Sekarang kita sedang kerja keras bagaimana tuntutan prestasi terpenuhi, cari bibit untuk regenerasi biar tidak hilang," ujar Susy kepada Liputan6.com.

Susy, peraih medali emas Olimpiade 1992 dan juara gelar All England, menjelaskan, PB Djarum harus diakui telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap pengembangan bulu tangkis Indonesia. PB Djarum, kata Susy, melatih atlet mulai dari usia dini.

"Atlet itu harus dilatih bisa menerima kemenangan dan kekalahan, dibentuk menjadi orang sportif dan terus bekerja keras," ujar Susy. Semua itu, tambah dia, bisa didapat di audisi umum PB Djarum ini.


Konsep Baru

Ketua Umum PBSI, Wiranto (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Keprihatinan juga dilontarkan Ketua Umum PBSI, Wiranto, sosok yang juga merupakan Menko Polhukam itu pun berharap agar polemik ini segera dihentikan.

Mantan Panglima TNI ini menyebut, masalah pembinaan bulu tangkis Indonesia jangan sampai dibuat kisruh. Semuanya bisa dibicarakan dengan baik-baik.

Dia bahkan menyebut, sudah menyiapkan konsep baru yang bisa menjamin pembinaan bulu tangkis di Indonesia tetap berlanjut, tanpa ada yang merasa dirugikan.

Hanya memang, Wiranto belum mau merinci hal apa yang akan diperbarui. "Sudah selesai, sampai 2019 lanjutkan. Nanti ada satu konsep baru, sudah ada pembicaraan," kata Wiranto di Kantornya, Jalan Merdeka Barat, Senin (9/9).

Peluang itu memang masih sangat terbuka. Pasalnya, pihak PB Djarum, melalui Yoppy juga sempat menyebut, bahwa penghentian ini sifatnya sementara.

Hanya memang, Yoppy tak merinci, sampai kapan. Yang jelas, PB Djarum berharap kembali mendapat ruang gerak, untuk bisa melanjutkan kontribusi mereka.

Mungkin itulah yang memang seharusnya didorong semua pihak. Sebab, keterlibatan PB Djarum dalam menggelar audisi umum sebenarnya sudah sesuai dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Dalam undang undang tersebut disebutkan, masyarakat bisa turut berperan serta dalam mengembangkan dan pembinaan olahraga nasional ketika negara memiliki keterbatasan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya