Liputan6.com, Sumenep - Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kalianget melarang kapal-kapal penyeberangan antarpulau, berlayar dari dan ke pelabuhan terbesar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur itu.
Larangan resmi berlaku mulai 9 September hingga 13 September 2019 mendatang. Cuaca buruk yang memicu gelombang tinggi menjadi alasan ditangguhkannya semua aktivitas pelayaran di Kalianget.
Baca Juga
Advertisement
"Menurut prediksi BMKG gelombang bisa mencapai 3,5 meter," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kalianget, Supriyanto, Senin (9/9).
Menurut Supriyanto, pelarangan total hanya berlaku untuk kapal berbobot di bawah 1000 Gross Tonnage. Sedangkan, kapal besar di atas 1.000 Gross Tonnage tetap bisa berlayar dengan catatan kondisi cuaca memungkinkan dan seizin Syahbandar.
"Kalau cuaca tidak mendukung, tetap kami larang berangkat," ujar dia.
Supriyanto berharap para pengusaha pelayaran di Pelabuhan Kalianget paham larangan itu semata mengutamakan keselamatan, hal utama yang tidak boleh diabaikan oleh operator kapal.
Gelombang Dipicu Angin Timuran
Terpisah, Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisikan Kalianget, Usman Khalid membenarkan bahwa lima hari ke depan perairan selat Madura dan selat Sulawesi berpotensi gelombang tinggi. Khususnya di perairan sekitar Pulau Kangean dan Pulau Masalembu.
"Hasil prakiraan kami gelombang laut bisa mencapai maksimum 3,5 meter," Usman Khalid menegaskan.
September, kata dia, adalah puncak musim angin timuran. Embusan angin yang berasal dari musim dingin di daratan Australia inilah yang memicu angin di lautan lebih kencang sehingga gelombang pun meninggi.
"Jadi kami imbau, dunia pelayaran lebih waspada," ujar Hamid.
Meski berbahaya untuk pelayaran, tetapi bagi para nelayan dan pemancing mania, angin timuran adalah saat yang baik untuk menangkap ikan.
Habiburrahman, seorang nelayan di Lobuk, Kecamatan Bluto, membenarkan gelombang dan angin lebih kencang saat angin yang disebut muson timur datang. Namun, biasanya hanya terjadi pada siang hari, sementara saat malam gelombang lebih tenang.
"Kalau lagi angin muson, biasanya banyak ikan," kata dia.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement