Membuka Lembaran Sejarah Rivalitas Timnas Indonesia dengan Thailand

Timnas Indonesia harus menjamu Thailand di pertandingan kedua kualifikais Piala Dunia 2022 setelah di laga pertama takluk dari Malaysia.

oleh Ario Yosia diperbarui 10 Sep 2019, 08:40 WIB
Striker Timnas Indonesia, Ferdinand Sinaga, memenangi duel dengan pemain Thailand, Teerasil Dangda, dalam laga leg kedua final Piala AFF 2016 di Stadion Rajamangala, Bangkok, Thailand, Sabtu (17/12/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta - Timnas Indonesia bakal menjamu seteru klasik Thailand dipentaskan dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup H di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa (10/9/2019). Semenjak 1957 bersua, Tim Gajah Putih terlihat lebih dominan.

Menurut versi situs 11v11 Thailand memenang 38 laga, sementara Indonesia hanya 25 kali. Kedua negara bermain imbang sebanyak 14 kali.

Di lima pertemuan terakhir terlihat dominasi Thailand atas Timnas Indonesia. Tim Merah-Putih hanya meraih dua kali kemenangan. Tiga laga sisanya dimakan kubu lawan.

Kemenangan terakhir Timnas Indonesia atas Thailand diraih pada leg pertama Final Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Bogor, dengan skor tipis 2-1.

Gol penalti Boaz Salossa dan sundulan Hansamu Yama pada laga yang digelar 14 Desember 2016 itu, sempat membuat Tim Garuda di atas angin, sebelum akhirnya di leg kedua takluk  2-0 saat bertandang ke Bangkok.

Pertemuan Timnas Indonesia kontra Thailand terjadi di fase penyisihan Piala AFF 2016 lalu. Kala itu timnas diasuh Bima Sakti kalah 2-4 di Stadion Rajamanggala. Hasil negatif ini membuat mimpi Timnas Indonesia menembus semifinal terkubur.


Rival Abadi Setelah Malaysia

Gelandang Timnas Indonesia, Riko Simanjuntak, menggiring bola saat melawan Thailand pada laga Piala AFF 2018 di Stadion Rajamangala, Bangkok, Sabtu (17/11). Thailand menang 4-2 dari Indonesia. (Bola.com/M. Iqbal Ichsan)

Di era 1980 hingga 2000-an, duel Timnas Indonesia kontra Thailand jadi magnet di kawasan Asia Tenggara. Negara satu ini jadi rival utama Tim Merah-Putih setelah Malaysia.

Kedua negara kerap bersua di partai puncak Piala AFF, lambang supremasi tertinggi persaingan sepak bola ASEAN yang mulai intens digelar pada 1996.

Yang paling seru pada edisi 2000. Timnas Indonesia dua kali bersua Tim Gajah Putih, dan kalah dengan skor sama 1-4!

Ya, kekalahan telak 1-4 yang dialami Indonesia dari Thailand terjadi di pertandingan kedua babak grup, di mana buntutnya adalah pelatih Nandar Iskandar diistirahatkan oleh Manajer Timnas Indonesia saat itu, Muhammad Zein.

Namun, beruntung Indonesia masih bisa melangkah ke semifinal karena berhasil meraih kemenangan telak dalam dua laga lainnya dan menghadapi Vietnam di babak empat besar.

Timnas Indonesia yang sempat unggul lebih dulu atas Vietnam di pertandingan semifinal akhirnya harus memaksakan perpanjangan waktu setelah bermain imbang 2-2 dalam waktu normal 90 menit. Beruntung gol penentu kemenangan diciptakan Gendut Doni pada menit terakhir babak perpanjangan waktu kedua, atau menit ke-120.

Tim Garuda pun melangkah ke final dan akhirnya harus kembali menghadapi Thailand yang meraih kemenangan 2-0 atas Malaysia beberapa jam setelahnya.

Sayangnya mimpi buruk Timnas Indonesia di fase grup kembali terulang di pertandingan puncak yang digelar di Stadion Rajamangala, Bangkok. Thailand kembali melucuti Indonesia dengan skor telak.

Tak tanggung-tanggung, Thailand seperti ingin memperlihatkan bahwa kemenangan mereka atas Indonesia di fase grup bukan kebetulan semata. Kedudukan 4-1 untuk kemenangan Thailand kembali terukir di papan skor, seperti halnya di babak grup.

Worrawoot Srimaka, yang mencetak dua gol ke gawang Indonesia di fase grup, seperti menjadi mimpi buruk bagi Timnas Indonesia di pertandingan final. Striker senior Thailand itu mencetak hattrick pada pertandingan final, membuatnya sukses mengejar Gendut Doni dalam daftar pencetak gol terbanyak Piala Tiger 2000. Baik Srimaka dan Gendut Doni sama-sama mengemas lima gol sepanjang turnamen.

Dua tahun berselang kedua negara kembali berjumpa di laga puncak Piala AFF (yang kala itu masih bernama Piala Tiger).

 


Dipermalukan di SUGBK

Bambang Pamungkas merayakan gol saat Timnas Indonesia menggulung Filipina 13-1 di Piala AFF 2002. (AFP/Weda)

Yang paling menyakitkan, Indonesia menelan pil pahit di depan publik sendiri. Pasalnya, pertandingan final melawan Thailand diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dalam waktu normal ditambah perpanjangan waktu 2x15 menit, skor tetap sama kuat 2-2. Dalam drama adu penalti empat dari lima eksekutor Thailand berhasil menunaikan tugasnya secara sempurna. Mereka adalah Sakda Joemdaee, Terdsak Chaiman, Manit Noyvach, dan Dusit Chalermsan. Sementara Kiatisuk Senamuang, penendang pertama, gagal.

Sedangkan Indonesia hanya menampilkan empat penendang karena dua di antaranya gagal menceploskan bola ke gawang. Dua pemain yang gagal mengeksekusi penalti itu adalah Bejo Sugiantoro yang tendangannya membentur tiang dan Firmansyah melebar dari gawang Thailand yang dijaga Kittisak Rawangpa.

 Kiper Timnas Indonesia, Hendro Kartiko, gagal membendung penalti Manit Noyvach (Thailand) di final Piala AFF 2002.

Kegagalan Indonesia dalam adu penalti ini memunculkan cerita lain. Banyak dari kalangan pencinta sepak bola nasional yang merasa tidak puas dengan eksekutor penalti pilihan Ivan Kolev.

Kabar yang mencuat ke permukaan, Ivan Kolev kesulitan memilih para eksekutor penalti karena para pemain jeri. Para pemain konon merasa tidak kuat mental menendang penalti yang begitu berat risikonya di depan puluhan ribu suporter.

Meski tidak ada yang berani membenarkan kabar itu, yang pasti, kegagalan ini cukup menyakitkan buat publik Indonesia. Sedikit kebanggaan yang dimiliki adalah komposisi Timnas Indonesia ketika itu dianggap paling kuat dalam sejarah keikutsertaan di Piala AFF.

Termasuk penghargaan sepatu emas yang diterima Bambang Pamungkas setelah berada di urutan teratas pencetak gol terbanyak dengan koleksi delapan gol, jadi penghibur Indonesia dalam Piala AFF edisi keempat ini.

Separuh gol Bepe lahir saat partai melawan Filipina, sisanya hattrick kala Timnas Indonesia menumbangkan Kamboja 4-2 dan satu gol saat melawan Malaysia di semifinal.

Sejarah mencatat Thailand negara yang paling sering juara Piala AFF. Mereka tercatat lima kali menjadi kampiun: 1996, 2000, 2002, 2014, 2016. Ironisnya, Timnas Indonesia tak pernah bisa sukses menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Timnas Indonesia jadi spesialis runner-up (2000, 2002, 2004, 2010, 2016).

 


Rekor 20 Pertemuan Terakhir Indonesia Vs Thailand

Para pemain Timnas Indonesia merayakan gol yang dicetak Hansamu Yama ke gawang Thailand pada laga final leg pertama Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Jawa Barat, Rabu (14/12/2016). Indonesia menang 2-1 atas Thailand. (Bola.com/Peksi Cahyo)
  • 21 Agustus 1990: Indonesia Vs Thailand 0-0 (Piala Kemerdekaan)
  • 4 Desember 1991: Indonesia Vs Thailand 0-0 (SEA Games)
  • 11 Agustus 1992: Indonesia Vs Thailand 4-1 (Piala Kemerdekaan)
  • 17 Juni 1993: Thailand Vs Indonesia 1-0 (SEA Games)
  • 4 Desember 1995: Thailand Vs Indonesia 2-1 (SEA Games)
  • 18 Oktober 1997: Indonesia Vs Thailand 1-1 (SEA Games)
  • 31 Agustus 1998: Indonesia Vs Thailand 2-3 (Piala AFF)
  • 5 September 1998: Thailand Vs Indonesia 3-3 (Piala AFF)
  • 10 November 2000: Thailand Vs Indonesia 4-1 (Piala AFF)
  • 18 November 2000: Thailand Vs Indonesia 4-1 (Piala AFF)
  • 13 September 2001: Thailand Vs Indonesia 1-1 (SEA Games)
  • 29 Desember 2002: Indonesia Vs Thailand 2-2 (Piala AFF)
  • 27 Agustus 2006: Indonesia Vs Thailand 1-0 (Piala Kemerdekaan)
  • 16 Desember 2008: Indonesia Vs Thailand 0-1 (Piala AFF)
  • 20 Desember 2008: Thailand Vs Indonesia 2-1 (Piala AFF)
  • 7 Desember 2010: Indonesia Vs Thailand 2-1 (Piala AFF)
  • 19 November 2016: Thailand Vs Indonesia 4-2 (Piala AFF)
  • 14 Desember 2016: Indonesia Vs Thailand 2-1 (Piala AFF)
  • 17 Desember 2016: Thailand Vs Indonesia 2-0 (Piala AFF)
  • 17 November 2018: Thailand Vs Indonesia 4-2 (Piala AFF)

Pertemuan kedua negara terjadi sejak 1957

Indonesia menang: 25

Skor imbang: 14

Indonesia kalah: 38

Disadur dari Bola.com (Ario Yosia/Ario Yosia, published 10-9-2019)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya