Rupiah Stabil, Namun Potensi Pelemahan Terbuka Lebar

Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah seiring naiknya harga minyak dunia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Sep 2019, 11:30 WIB
Petugas menunjukkan pecahan uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Namun analis memperkirakan rupiah bisa mengalami tekanan.

Mengutip Bloomberg, Selasa (10/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.030 per dolar AS, tak berbeda jauh dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.034 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.026 per dolar AS hingga 14.040 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 2,43 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok ke angka 14.031 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.092 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah seiring naiknya harga minyak dunia. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, sentimen meningkatnya harga minyak kemungkinan bersifat temporer karena pelaku pasar masih mengkhawatirkan potensi resesi global.

"Resesi akan membuat permintaan energi turun. Untuk menjaga harga, maka produksi juga harus turun," ujar Lana dikutip dari Antara.

Dari eksternal, harga minyak mentah naik tajam kemarin karena pernyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi yang akan melanjutkan pemangkasan produksi sebagaimana kebijakan OPEC dan produsen minyak dunia yang lain.

Kenaikan harga minyak mentah ini juga didukung dengan pernyataan AS yang akan mengenakan sanksi bagi siapa saja yang melakukan transaksi minyak dengan Iran.

Harga jenis WTI naik 2,2 persen menjadi 57,8 dolar AS per barel dan jenis Brent naik 1,7 persen menjadi 62,47 dolar AS per barel. Kenaikan harga ini merupakan yang tertinggi sejak Juli 2019.

Lana memprediksi nilai tukar upiah pada hari ini akan bergerak melemah di kisaran 14.050 per dolar AS hingga 14.080 per dolar AS.


Pemerintah Prediksi Rupiah Melemah ke 14.400 per Dolar AS di 2020

Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan melemah pada tahun depan. Hal tersebut terjadi karena adanya gejolak ekonomi dunia.

Dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa target ekonomi masih akan tinggi, tetapi untuk nilai tukar rupiah akan melemah.

Ia menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi. 

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar dia.

Jokowi menyebut nilai tukar rupiah akan melemah menuju 14.400 per dolar AS. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.

Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.

"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya