Liputan6.com, Karawang - Kemiskinan, membuat Abas Basari tak mampu menyediakan tempat tinggal untuk istri dan ketiga anaknya. Meski hanya rumah sewa sekalipun.
Pria 48 tahun itu, hanya mampu mendirikan gubuk seadanya di atas lahan milik negara sejak tiga bulan lalu di Desa Gempol, Kecamatan Banyusari, Karawang.
Advertisement
Gubuknya dibangun seluas 3x2 meter dengan menggunakan bambu bekas kandang ayam.
Setiap hari ini, Abas dan istri tidur berdempetan dengan ketiga anaknya di dipan yang dibuatnya, untuk melawan udara malam lantaran dinding rumahnya tak semuanya tertutup.
Terlebih, tak ada kasur busa sebagai alas tidurnya. Yang ada hanya kain usang yang kerap dipakai main ketiga anaknya.
Namun, dia masih bisa bersyukur lantaran tidak membuat istrinya Yoyoh (28), si sulung Tita Solihah (6), Hamdan Sakuron (4) dan si bungsu Ahmad Rifai (1,5) tidur di jalanan.
Abas sehari-hari mencari rezeki dengan mangayuh becak di pasar setempat. Pendapatannya yang tak menentu menyebabkannya harus berjuang lebih keras untuk menghidupi keluarganya.
Paling tidak, istri dan ketiga anaknya bisa makan untuk hari itu.
Namun, kadang kenyataan harus berkata lain. Ada waktu-waktu di mana dia pulang tanpa membawa uang sepeserpun ke rumah. Alhasil, istri dan anaknya tak bisa makan.
"Kalau tidak membawa uang untuk beli makanan anak-anak tidak makan," tutur Abas ketika ditemui di gubuknya, Selasa (10/9/2019).
Meskipun begitu, istri Abas tak pernah protes dan menerima kemiskinan dalam keluarganya. "Harus bagaimana lagi, karena faktor ekonomi terpaksa tinggal di tempat seperti layaknya kandang ayam," kata Yoyoh menimpali.
Tak ada listrik yang menerangi rumah sederhananya.
Advertisement
Untuk memasak, mereka masih mengandalkan kayu bakar sisa-sisa di luar gubuk.
Abas mengaku tidak pernah tersentuh program pemerintah untuk masyarakat miskin baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Advertisement