Liputan6.com, Jakarta Sebuah film pendek bertajuk Green Religion dibuat oleh seorang anak SMA Kolase Kanisius Jakarta, pada tahun 2007. Film ini mengangkat ide dimana perlunya peran pemuka agama dalam menjaga lingkungan.
"Ketika alam mulai rusak di sana-sini, di manakah posisi agama?" Makna itulah yang jelas terlihat dalam film pendek berdurasi 14 menit tersebut.
Film Green Religion dibuat oleh Adi Putra dan temannya Ade Kurniadhi. Saat itu, mereka masih berusia tak lebih dari 18 tahun. Film dokumenter dengan biaya alakadarnya, dan perangkat produksi yang serba terbatas, tetapi terlihat narasi besar tentang peran agama dalam menanggulangi global warming. Difilm Green Religion terpapar dalam visualisasi yang sederhana.
Lalu siapakah Adi Putra? Pada bulan Agustus 2019 lalu, dirinya dinobatkan sebagai peraih Ikon Prestasi Pancasila 2019 dalam bidang seni kreatif. Adi Putra bersama 73 tokoh lainnya mendapat Ikon Prestasi Pancasila dari Pemerintah lewat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Adi Putra merupakan seorang forografer dan sutradara muda yang karya-karyanya mendapat sambutan yang positif di luar negeri. Nama Adi Putra juga sempat membuat heboh karena film pendeknya berjudul “Adam” diputar di Festival Film Internasional Cannes ke-65 tahun 2012 di Palais des Festival, Cannes, Perancis. Karya-karya Adi yang menggelitik mata terekam di akun instagramnya @adipvtr.
Kembali ke soal Film Green Religion (2007), terekam kenyataan bahwa isu global warming belumlah populer menjadi materi dakwah kalangan pemuka agama di Indonesia dibandingkan dengan peringatan-peringatan tentang hari akhir, implikasi perbuatan dosa manusia, atau tentang surga dan neraka.
Dampak global warming sudah sangat begitu terasa. Perubahan iklim yang tak menentu, udara yang sangat kotor sudah begitu mengganggu. Mau tak mau, harus ada yang bertindak.
"Saya tinggal di Jakarta. Saya tidak bisa bilang kalau cuaca Jakarta itu indah. Kalau dibandingkan Jakarta, saya senang sekali melihat De Tjolomadoe (Solo). Tamannya bersih, kayak dijaga, udaranya bersih, hening. Kita kayak nggak punya arena outdoor kayak gini di Jakarta," ujar Adi Putra saat ditemui beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga
Advertisement
Cerita Film
Dalam Film Green Religion, Adi kemudian menjabarkan pesan tersebut melalui cuplikan wawancara-wawancara dengan beberapa pemuka agama. Mereka antara lain, almarhum Ustaz Jefri Al Buchori yang pernah mengucapkan firman Allah di Al-Quran yang berbunyi, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia." Sementara itu, seorang pemuka agama Kristen Pendeta bernama Ivan Tanatmadja mengatakan bahwa Gereja selalu menyerukan jamaatnya untuk memelihara kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Film Green Religion mengingatkan bagaimana kegiatan-kegiatan religius dua agama itu dalam meninggalkan sampah-sampah berserakan yang tidak pada tempatnya. Selain itu, digambarkan seorang ibu mulai menjatuhkan penglihatannya ke tanah lapang. Memungut selembar demi selembar kertas koran yang berserakan. Lantas mengumpulkannya sekarung-sekarung. Mudah saja buat ibu tua itu mengais lebih dari 10 karung. Sementara, gambaran sampah berserakan setelah kebaktian usai juga dipertontonkan Adi di film tersebut.
Film Green Religion ditutup dengan pesan, "seandainya para pemuka agama terus menyeru jutaan umatnya untuk sadar akan bahaya global warming...." Dan diakhiri dengan tanda tanya "Bagaimana masa depan Bumi?"
Advertisement