Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, total pendapatan industri asuransi jiwa Indonesia kuartal kedua 2019 meningkat 31,9 persen. Kinerja tersebut menjadi proses baik pada 2019.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, total pendapatan industri asuransi jiwa Indonesia kuartal dua sebesar Rp 118,32 triliun meningkat 31,9 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp 89,73 triliun.
"Pada kuartal kedua 2019, AAJI mencatat total pendapatan, total klaim dan manfaat yang dibayarkan," kata Budi, dalam laporan kuartal dua AAJI, di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Budi mengungkapkan, total pendapatan industri asuransi jiwa dipengaruhi oleh hasil investasi meningkat tinggi sebesar 373,4 persen menjadi Rp 22,84 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Perbaikan kinerja hasil investasi asuransi jiwa dipengaruhi oleh kondisi pasar modal yang menguat yaitu adanya penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), " jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Total Pendapatan
Budi melanjutkan, total pendapatan premi asuransi jiwa di kuartal kedua 2019 mencapai Rp 90,25 triliun, mengalami perlambatan 3,6 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 93,58 triliun.
Perlambatan premi bisnis baru dipengaruhi oleh melambatnya kinerja saluran distribusi bancassurance sebesar 16,8 persen dan saluran keagenan sebesar 8,6 persen dan masing-masing kontribusi sebesar 50,8 persen dan 27,5 persen.
Meski melambat, total pendapatan premi asuransi jiwa di kuartal II 2019 tersebut menyumbang porsi terbesar terhadap total pendapatan asuransi jiwa pada kuartal dua 2019 yang mencapai 76,3 persen.
"Terhitung 60,5 persen dari total premi tersebut merupakan kontribusi dari premi bisnsis baru sebesar Rp 54,7 triliun dan mengalami perlambatan 8,8 persen sementara 39,5 persen merupakan kontribusi dari prmei lanjutan sebesar Rp 35,68 triliun ini meningkat 5,8 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu," tandasnya.
Advertisement
Askrindo Siap Bergabung Holding BUMN Asuransi
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengah mempersiapkan pembentukan induk usaha atau holding asuransi pelat merah yang diperkirakan bakal terealisasi tahun ini. Pembentukan holding ini bertujuan untuk menyehatkan industri asuransi yang ada di Indonesia.
Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo, Andrianto Wahyu Adi, mengaku bahwa perusahaan tidak terlalu berharap untuk bisa masuk holding asuransi BUMN tersebut. Namun tak menutup kemungkinan, apabila Askrindo ditunjuk induk BUMN maka pihaknya secara profesioanal akan siap bergabung.
"Kami hanya bilang kami akan memenuhi arahan dari pemegang saham, jadi bangsa tahun ini kami akan jalankan. Kami kan peserta jadi enggak mau terlalu (berharap)," kata dia sat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno, menargetkan semua holding BUMN yang belum rampung di 2018 harus diselesaikan di kuartal I atau akhir Maret 2019. Menteri Rini ingin holding ini menjadi kado bagi HUT Kementerian BUMN ke-21 tahun ini.
Setidaknya ada beberapa holding yang ditargetkan selesai pada Maret 2019 yaitu holding sektor perumahan, asuransi, pertahanan, farmasi, pelabuhan, semen dan sektor kawasan.
"Karena kita pada April 2019 kan masuk usia 21 tahun, jadi itu usia yang dianggap sudah dewasa penuh, makanya selesaikanlah holding-holding itu," kata Rini.
Dia menjelaskan, tujuan dirinya membentuk holding semata-mata untuk meningkatkan kekuatan BUMN itu sendiri dan bisa bersaing di kancah internasional. Selain itu, dengan holding, pembinaan dan pengawasan BUMN juga lebih mudah dilakukan.