Gubernur Sumsel Tuding Malaysia Turut Sumbang Kabut Asap

Gubernur Sumsel Herman Deru turut memprotes tudingan negara Malaysia yang menyebut Indonesia menyumbang kabut asap ke negaranya.

oleh Nefri Inge diperbarui 12 Sep 2019, 05:00 WIB
Warga melakukan aktifitas olahraga lari di tengah kabut asap yang mengepung kota Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Tudingan Pemerintah Malaysia ke Indonesia sebagai penyumbang kabut asap di negaranya, turut direspon oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru.

Meskipun di beberapa kabupaten di Sumsel menyumbangkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tetapi Herman Deru menepis tudingan Malaysia tersebut.

"Iya, sampai ibu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) marah-marah. Justru negara mereka yang sumbang (kabut asap) itu, di Serawak itu," ujarnya kepada Liputan6.com, usai menghadiri rapat High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumsel di kantor Bank Indonesia Kantor Wilayah (Kanwil) Sumselbabel di Palembang, Rabu (11/9/2019).

Namun, orang nomor satu di Sumsel ini tidak menepis, banyaknya titik api yang menyebar di Sumsel, terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel.

Saat Herman Deru memantau menggunakan helikopter patroli, Selasa (10/9/2019), banyak lahan tidak produktif di daerah Muara Kuang, Kabupaten OKI Sumsel yang terbakar.

Luasan lahan yang terbakar memang sedikit, tapi jumlah lahan terbakar cukup banyak sehingga volume kabut asap yang dihasilkan terus meningkat.

"Hari ini ada perbaikan (kualitas udara) di layar monitor kualitas udara di Jalan Kapten A Rivai Palembang. Kalau nanti melewati ambang toleransi, nanti saya instruksikan untuk membagi masker," ujarnya.

Herman Deru juga menegaskan jika satuan tugas (satgas) sudah bekerja keras untuk memadamkan karhutla. Seperti water bombing di kawasan kebakaran di Sumsel.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menjadi acuannya untuk memberikan kebijakan terkait polusi kabut asap. Data kualitas udara yang berubah-ubah dari pagi hingga sore, membuatnya masih menganalisis kondisi di lapangan.

 


Jadwal Sekolah Mundur

Gubernur Sumsel Herman Deru (Dok. Humas Pemprov Sumsel / Nefri Inge)

"Saat ini masih normal, jarak pandang juga 600-700 meter. Indikatornya juga dari bandara, kalau pesawat sampai delay karena jarak pandang, harus segera disikapi," ujarnya.

Mantan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Sumsel ini juga belum bisa memberikan keputusan pasti terkait mundurnya jadwal sekolah.

"Itu fluktuatif. Saya akan instruksikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel. Tidak bisa dibuat konstan seperti di Serawak Malaysia, jam diundur atau diliburkan. Tadi pagi normal, siang berubah lagi, kita harus cerdik," ujarnya.

Dari pantauan di lapangan, kabut asap mulai terlihat tebal pada pukul 15.00 WIB. Gangguan kabut asap mulai terasa seperti udara yang panas dan jarak pandang yang sedikit terganggu.

Nisa, warga Palembang mengatakan, aktivitas lari sore yang sering dia lakukan setiap hari, akan berkurang saat kabut asap.

"Biasanya saya rutin olahraga lari setiap sore selama satu jam. Tapi polusi kabut asap ini, membuat saya kesusahan mengatur napas saat berlari. Mungkin akan sulit untuk menjalani aktifitas ini lagi, jika kabut asap semakin tebal,” ujarnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya