Liputan6.com, Jakarta - Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra mengaku kehilangan sosok ayah saat mendengar Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie wafat.
Diketahui, BJ Habibie mengembuskan napas terakhirnya pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
Advertisement
"Pak Habibie memperlakukan saya sebagai anaknya, jadi wafatnya Pak Habibie ini saya betul kehialangan," kata Yusril di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Yusril mengaku mendengar pertama kali berita duka ini saat berada di Rumah Ma'ruf Amin. Sore itu, lewat ajudan Ma'ruf, Yusril diberitahu bahwa BJ Habibie telah tiada.
Seketika itu, Yusril melanjutkan, hal berkesan memori mendalam langsung diingatnya. Terlebih saat momen pergantian kekuasaan negara dari Soeharto, Yusril mengaku adalah sosok yang terus mengawalnya.
"Saat terakhir Pak Soeharto mengundurkan diri dan Pak Habibie akan menggantikan, pada saat itu saya berada di sekitar pak harto mengiringi proses penggantian jadi saya sangat ingat betul peristiwa 21 Mei 1998," jelas Yusril.
Yusril meminta dukungan doa kepada seluruh masyarakat Indonesia dan menyerukan mendirikan bendera setengah tiang sebagai simbol duka.
"Jadi mari kita membackaan doa agar amal baiknya diterma dan kesalahannya diampuni Allah, dan kita sama-sama menaikan bendera merah putih stengah tiang," Yusril menyudahi.