Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia, Rabu, 11 September 2019, sekitar pukul 18.05 WIB. Dia wafat dalam usia 83 tahun di Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto karena gagal jantung dan faktor usia yang menua.
Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie adalah anak ke empat dari delapan bersaudara dari suami istri, Alwi Abdul Djalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo.
Advertisement
Pada Kamis (12/9/2019), Habibie dimakamkan di TMP Kalibata, pukul 13.30 WIB. Jenazahnya dikebumikan berdampingan dengan istrinya, Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie.
Sebelum diberangkatkan, jenazahnya terlebih dahulu diserahkan ke pemerintah melalui upacara di rumah duka Jalan Patra Kuningan XIII/3 Jakarta Selatan pukul 12.30 WIB.
BJ Habibie lahir di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Dia terlahir yatim tanpa seorang ayah. Proses kelahiran Bj Habibie kala itu dibantu oleh dukun beranak. Warga lokal menyebutnya dengan istilah 'sanro' atau kerap dipanggil dengan sebutan Indo Melo.
Lantas, bagaimana sosok BJ Habibie di masa kecilnya?
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Masa Kecil Habibie
Tak ada yang istimewa saat Habibie masih kecil. Seperti anak-anak pada umumnya, Habibie kecil suka sekali main layang-layang, gundu atau kelereng, menyanyi dan mallago atau logo, yaitu permainan dari tempurung segi tiga.
Dia pun suka sekali berolahraga. Salah satunya berenang dan naik kuda. Saat ana-anak, Habibie mengaku tidak pernah menyusahkan orang lain.
Lewat buku yang berjudul Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie karya A. Makmur Makka, BJ Habibie juga menyebut dirinya sebagai sosok yang suka menyendiri.
"Saya orang yang suka menyendiri. Jadi,tidak ambil pusing. Saya tidak merasa lebih pintar, tapi juga tidak pernah merasa bodoh. Tidak pernah merasa iri dan juga tidak pernah mengganggu. I'm a sweet boy, not a problem maker child," katanya.
Advertisement
Senang Membaca
Buku adalah jendela dunia. Slogan ini melekat betul pada BJ Habibie kecil yang sangat suka sekali membaca buku.
Di rumahnya, semua buku apa saja dibacanya. Sa,mpai-sampai kakak tertuanya, Rudy membujuk adiknya untuk keluar rumah bermain dan bergaul dengan teman-teman yang lain.
Pada masa kecil, BJ Habibie memang dikenal pribadi yang agak tertutup. Meski begitu dia sangat tegas dan berpegang teguh pada prinsipnya.
Contohnya, di kala tengah berselisih paham dengan adik-adiknya, Habibie kecil akan protes dan berteriak bahwa dia tidak bersalah dan tidak mau disalahkan. Karena dia merasa benar.
Tetapi jika ia bersalah dan dimarahi maka Habibie akan diam dan tidak protes sedikit pun. Dari perilaku seperti itu, BJ Habibie tidak pernah terlibat perkelahian dengan anak-anak sebayanya. Tetapi hal itu bukan berarti ia tidak bergaul dengan teman-temanya.
Gemar Menunggang Kuda
Dari kecil, BJ Habibie suka sekali berolahraga. Salah satu kegemarannya adalah menunggang kuda. Bila menjadi joki, maka dia selalu tampil sebagai joki ulung yang lincah dalam menjuarai balapan.
Bakat sebagai joki ini tampaknya diwarisi sang ayah, yang ketika masih kecil adalah joki yang baik.
Sementara itu, hubungan BJ Habibie dengan saudara-saudaranya juga sangat baik. Tidak hanya hormat, bersama adik-adiknya, dia selalu akrab.
Dengan Jusuf Effendy Habibie yang dikenal dengan nama Fanny, kedua kakak beradik ini selalu dekat bagaikan anak kembar. Di antara keluarga besarnya, Fanny lah yang merasa paling dekat dengan Bj Habibie.
Pada masa kecil pakaian selalu sama, tidak terkecuali sepatu, celana dan lain-lain. Itulah kenapa mereka disebut seperti anak kembar.
Advertisement
Pernah Sakit Keras
Pada tahun 1942 BJ Habibie jatuh sakit. Penyakitnya cukup berat. Melalui perantara Haruna Daeng Rombo, ayahnya bertamu ke rumah raja dan diperkenalkan dengan Raja Bau Djondjo Kalimullah Karaengta Lembang Parang Arung Barru. Lantaran penyakit putranya yang tidak kunjung sembuh.
Di sana BJ Habibie diberi air yang sudah dijampi raja. Berkat rahmat Tuhan, dia pun sembuh.
Ada Kepercayaan seorang Bugis, kalau seorang anak laki-laki dengan wajah yang mirip dengan ayahnya, maka anak itu akan membawa musibah terhadap sang ayah.
Artinya kalau tidak ayahnya meninggal, maka sebaliknya yang meninggal atau berpisah tempat. Kebalikannya kalau anak perempuan wajahnya mirip dengan wajah sang ayah, maka menurut kepercayaan dan tradisi orang Bugis-Makassar, konon anak itu membawa rezeki.
Berhubung wajah BJ Habibie sangat mirip dengan ayahnya, maka menurut kepercayaan dan tradisi Bugis-Makassar, anak itu harus dijual secara simbolis. Bj Habibie dibeli oleh Raja Barru dengan sebilah keris.
(Desti Gusrina)