BJ Habibie, Syal Krem dan Bisikan Puisi Cinta untuk Ainun

22 Mei 2010, BJ Habibie berduka. Belahan jiwanya, Ainun Habibie, berpulang ke Ilahi. Sejak hari itu, Presiden ke-3 RI tersebut, setia mengunjungi pusara kekasih abadinya.

Oleh JawaPos.com diperbarui 12 Sep 2019, 10:29 WIB
Presiden BJ Habibie didampingi istrinya Ainun Habibie melambaikan tangan kepada wartawan saat tiba di Gedung Parlemen, Jakarta, 21 Sptember 1999. Habibie bakal dikebumikan di Taman Makan Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan pada Kamis, 12 September 2019. (AFP Photo/Oka Budhi)

Jakarta - 22 Mei 2010, BJ Habibie tengah berduka. Belahan jiwanya, Ainun Habibie, berpulang ke Ilahi. Sejak hari itu, Presiden ke-3 RI tersebut, setia mengunjungi pusara kekasih abadinya.

Setiap ke sana, Habibie selalu mengenakan syal peninggalan Ainun.

Syal berwarna krem itu melingkar di lehernya. Melengkapi baju koko yang dia kenakan. Itulah syal pengusir sepi yang membuat Habibie selalu merasa ada Ainun di sisi.

"Ini syal punya Ibu Ainun. Tidak pernah saya cuci. Malam-malam selalu saya bawa ke bantal saya untuk menemani saya tidur. Jadi, saya tidak pernah merasa sendiri," tutur Habibie seperti yang dilansir Jawapos, Kamis (12/9/2019).

BJ Habibie nyekar ke makam Ainun tiap Jumat. Saat berziarah, dia selalu mengenakan pakaian yang sama. Baju koko putih, peci hitam, dan syal krem.

Pakaian itu juga pilihan sang istri. “Pakaian semua Ainun yang pilih,” ungkap dia.

Orang bilang itulah cinta sejati. Namun, bagi Habibie, kasihnya ke perempuan yang dinikahi pada 12 Mei 1962 tersebut melebihi cinta sejati.

"Cinta sejati itu bisa dipisahkan oleh maut. Tapi, cinta saya dan Ainun tidak bisa dipisahkan maut," kata Habibie dalam artikel untuk memperingati hari ulang tahun Habibie ke-80 di koran Jawa Pos pada Juni 2016.

BJ Habibie berkeyakinan, maut yang menjemput Ainun terlebih dahulu tidak bisa menghapus cintanya. “Cinta yang bahkan maut pun tidak bisa memisahkan itu hanya mungkin terjadi kalau Anda kecipratan atau diberi cinta ilahi,” tuturnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bisikkan Puisi Cinta

Presiden BJ Habibie didampingi istrinya Ainun Habibie memeriksa bawang putih di pasar murah yang didirikan di Taman Monumen Nasional, Jakarta, 9 Januari 1999. Habibie meninggal setelah mendapat perawatan intensif selama beberapa hari terakhir di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. (AFP Photo/Kompas)

Cinta ilahiah itulah yang selalu mendorong Habibie rutin mengunjungi makam istrinya. Seperti yang tim Jawa Pos saksikan saat mengikuti rombongan Habibie nyekar. Pagi itu, Jumat (10/6), jam sudah menunjukkan pukul 07.55. Tidak biasanya Habibie belum terlihat di area Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, tempatnya mengunjungi makam istri tercinta, Hasri Ainun Habibie. Paspampres yang tiba sebagai tim pendahulu mengatakan, Habibie biasanya sudah tiba di lokasi pada pukul 07.00.

Ternyata Habibie terlambat bangun. Setelah bangun untuk sahur dan menjalankan salat Subuh, Habibie sempat tertidur dan bangun lebih siang daripada biasanya. Namun, tekad untuk mengunjungi sang istri membuat Habibie bersikukuh tetap menjalankan ritual Jumat.

Tepat pukul 08.00, rombongan Habibie tiba di TMP Kalibata. Di usianya yang akan menginjak 80 tahun, tubuhnya masih terlihat kuat. Dia melangkah penuh semangat menuju altar pintu masuk TMP. Sejenak dia dan rombongan berhenti. Mereka berdiri dalam sikap sempurna. Menghadap monumen TMP Kalibata dan memberikan hormat.

Dia kemudian menuju pusara Ainun yang berlokasi di kavling nomor 121. Tidak jauh dari pusara Jenderal Besar A.H. Nasution dan mantan Wakil Presiden Sudharmono. Sesampai di pusara itu, Habibie langsung mengalungkan tasbih di nisan sambil berbisik. Itulah bisikan kerinduan kepada Ainun. Doa demi doa mulai dipanjatkan. Puisi cinta untuk Ainun pun dibacakan Habibie. Lantang.

Kata demi kata cinta terlontar tulus dari mulut Habibie. Matanya yang berbinar mulai basah dan menitikkan air mata. Selepas melantunkan doa dan puisi di pusara Ainun, Habibie menaburkan bunga serta menyiram makam Ainun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya